- BeTha -

Kamis, 01 Desember 2011

Hubungan gerakan tektonik dan patahan lembang

Gempa bumi tektonik merupakan salah satu fenomena geologi yang sudah populer karena sering terjadi di Indonesia. Salah satu sebab yang dapat menimbulkan gempa bumi tektonik adalah adanya gerakan oleh litosfer bumi. Teori yang menyebutkan peristiwa ini adalah teori tektonik lempeng, yang menjelaskan pergerakan skala besar yang dilakukan litosfer bumi dengan bukti-bukti. Lapisan litosfer tersebut terdiri dari dua lapisan, yaitu kerak bumi dan mantel bumi. Di bumi terdapat 7 lempeng tektonik utama dan banyak lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng ini terdapat di atas astenosfer. Lempeng tersebut memiliki gerak relatif, yaitu saling bertumbukan (konvergen), saling menjauh(divergen) dan menyamping (transform). Indonesia banyak mengalami gempa bumi, tsunami, aktivitas vulkanik, pembentukan palung samudra, banyaknya gunung dan pegunungan, dan sesar atau patahan.



Alfred Weegner pada tahun 1912 mengembangkan hipotesis Pergeseran Benua,yang mengemukakan bahwa benua-benuTambah Gambara yang ada saat ini merupakan pelepasan dari benua yang dulunya hanya satu bentangan benua yang disebut Pangaea. Teori ini semakin diperkuat oleh Arthur Holmes, geolog Inggris, yang membuktikan teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggerak yang menyebabkan terlepasnya benua yang disebut Pangea menjadi benua-benua yang ada saat ini. Lalu semakin diperkuat dengan penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan para ilmuwan dari waktu ke waktu, seperti Harry Hammond Hess dan Ron G Mason.

Lempeng yang terdapat dalam bumi memiliki 2 jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng samudra. Lempeng samudra dapat disebut dengan sima, dari kata silikat-magnesium, bahan yang dikandungnya. Sedangkan lempeng benua disebut dengan sial, yang mengandung silikat dan aluminium.

Pegunungan yang terjadi akibat gerakan kerak bumi (litosfer) dapat berupa pelipatan atau patahan. Lipatan dan patahan termasuk dalam gerak orogenesa, yang termasuk dalam proses diastropisme. Proses diastropisme tersebut dapat menyebabkan kerak bumi retak, terlipat bahkan patah. Sehingga gerak orogenesa dapat mengakibatakan tanah runtuh atau terpisah dengan lainnya. Selain itu, gerak orogenesa juga menjadi faktor terbentuknya lembah. Pegunungan dan lembah merupakan hasil dari proses lipatan kerak bumi yang melahirkan bagian sinklinal ( lembah ) dan antiklinal (pegunungan). Sedangkan patahan akan menimbulkan horst dan graben.

Ditemukan banyak gunung, pegunungan dan palung samudra yang tedapat di Indonesia karena ditemukannya 3 lempeng utama yang melewati wilayah Indonesia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Oleh sebab itu, di Indonesia sering terjadi gempa, tsunami dan gejala alam lainnya yang disebabkan oleh pergeseran lempeng benua dan lempeng samudra tersebut. Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia telah membentuk deretan gunung berapi di Indonesia, antara lain adalah Bukit Barisan, Gunung-gunung api di Pulau Jawa, Bali dan Lombok serta parit samudra Jawa(Sunda).india dan rrttree


Seperti yang terjadi di Bandung pada 24 September 2000, terjadi gempa dengan kekuatan kurang dari 5 skala richter, diduga karena adanya gerakan patahan di daerah tersebut, yaitu patahan Lembang. Patahan tersebut dikatakan aktif bergerak karena adanya gerak tektonik oleh lempeng samudra dari selatan berjalan ke utara. Patahan Lembang yang telah terbentuk sejak dahulu, kala zaman kuarter pleistoisen (sekitar 500.000 tahun yang lalu). Sejarahnya, pada zaman dahulu Gunung api raksasa Sunda meledak dan merunuhkan tubuhnya kemudian menyisakan sedikit gunung parasitnya. Akibat runtuhnya gunung api tersebut maka terjadi kekosongan penampung magmatis yang mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda patah/sesar.

Patahan tersebut memanjang dari timur ke barat. Patahan timur mengalami penurunan lebih terlihat dibandingkan dengan bagian selatannya. Hal ini menyebabkan arus lava yang mengalir ke arah Lembang terpotong. Pada zaman kuarter kala pleistosen tengah, 125.000 tahun yang lalu, gunung Tangkubanperahu dari kaldera gunung Sunda terbentuk disusul dengna letusan-letusan vulkanik yang ikut membentuk danau Bandung Purba.

Bila patahan ini aktif kembali, maka dapat diprediksi bahwa gerakannya mampu menimbulkan hempasan gempa pada 6-7 skala richter yang akan menjalar menuju ke selatan yang memiliki ciri tanah dengan dominasi endapan danau Bandung purba. Sejarah gempa yang terjadi di Jawa Barat adalah gempa yang pernah terjadi di kawasan patahan Pelabuhan Ratu-Padalarang. Bencana ini terjadi 3 kali, yaitu 5 Januari 1699, 28 Maret 1879 dan 14 Januari 1900.

Zona Bandung dsusun oleh sedimen vulkanik hasil dari erupsi gunung Sunda dan gunung Malabar yang belum terpadatkan. Sedimen ini dan sedimen dari danau Bandung Purba yang masih muda akan rawan goncangan sehingga terjadi kerusakan hebat apabila patahan Limbangan (yang ada dalam zona Bandung) aktif pada waktu tertentu.

Adanya pergerakan lempeng tektonik tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk muka bumi, terutama di daerah Bandung. Jika dilihat melalui foto udara, maka Bandung akan terlihat seperi cekungan yang dapat dinamakan Cekungan Bandung. Sedangkan akibat lainnya adalah, subsduksi lempeng tektonik bumi, antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Kontinen Asia menghasilkan bentuk muka bumi di Lembang menjadi patahan.

Patahan Lembang membagi aliran sungai yang mengalir di daerah tersebut menjadi dua aliran. Dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia

Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.

SIMPULAN

Berdasarkan dari tulisan di atas, maka dapat disimpulkan dengan 5 pertanyaan yang mengantarkan pada informasi geomorfologi, sebagai berikutt :

· Apa ?

Peristiwa yang terjadi berkaitan dengan geomorfologi adalah subsduksi lempeng tektonik yang berhubungan dengan bentuk muka bumi Bandung dan Lembang. Bukti dari pergerakan lempeng tektonik tersebut adalah gempa bumi yang terjadi di kawasan Bandung dan sekitar patahan Lembang.

· Kapan ?

Proses pergeseran lempeng bumi tersebut yang mengakibakan lahirnya patahan Lembang dan gunung baru di Bandung terbentuk sekitar zaman kuarter kala pleistosen awal sampai tengah, yaitu 500.000 sampai 125.000 tahun yang lalu.

· Dimana ?

Peristiwa yang menyebabkan munculnya patahan Lembang terjadi di Lembang, Jawa Barat. Dahulu tempat ini merupakan sebuah danau yang kemudian terjadi proses sedimentasi menyebabkan kawasan tersebut menjadi daerah cekungan. Lalu, terjadilah pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan naiknya sebagian permukaan bumi tersebut sehingga menyebabkan tempat itu mengalami sesar atau patahan yang dinamakan patahan Lembang.

· Siapa ?

Belum ada yang mampu menjelaskan kapan tepatnya gempa akan terjadi, sehingga dalam kasus ini tidak ada yang dapat bertanggungjawab atas gerakan lempeng di bumi tersebut sampai terjadi. Pergerakan lempeng tektonik merupakan sebuah dinamika alam yang dapat terjadi dimana pun, kapan pun dan menimpa siapa pun selama kawasan yang didiami itu termasuk dalam kawasan yang dilewati lempeng tektonik aktif. Pemerintah dan lembaga yang menangani kasus seperti yang terjadi di Lembang, yang konon patahan aktif di Lembang dapat menyebabkan gempa hebat, menaruh harapan sangat besar supaya mereka selamat. Paling tidak untuk mengetahui kapan akan terjadi pergerakan lempeng tersebut secara pasti. Akan tetapi sampai detik ini, belum satupun informasi yang dapat dibuktikan kebenaran dan akurasinya guna menjelaskan kapan gempa tersebut terjadi.

· Bagaimana ?

Sebagai langkah antisipasi menghadapi gempa yang mungkin terjadi di Lembang, maka langkah-langkah yang seharusnya diambil, adalah sebagai berikut :

1. identtifikasi

identifikasi merupakan proses pendataan setiap kejadian yang terjadi dan apa saja yang terdapat dalam suatu peristiwa yang terjadi, seperti lokasi, kronologi, korban dan lain sebagainya.

2. memetakan

pemetaan diharapkan dapat memberikan gambaran secara simbolis guna mendapatkan informasi mengenai persebaran sehingga mampu menunjukkan hal utama yang terdapat dalam sebuah ruang. Misalnya di Lembang yang diprediksikan akan menjadi pusat gempa dengan kekuatan mencapai 6-7 skala richter, dapat dipetakan dengan men-spesialisasi-kan menggenai daerah yang mungkin ditemukannya hiposentrum, episentrum, mengetahui panjang sesar dan kemungkinan dampaknya terhadap daerah yang dilaluinya. Fungsi dari pemetaan ini selain menjadi sumber informasi mengenai daerah gempa dan dampak terhadap bentuk muka bumi akibat terjadinya pergerakan lempeng tektonik, bisa juga dijadikan sumber informasi mengenai keberadaan penduduk yang rawan terkena gempa (peta penduduk). Oleh sebab itu, pemerintah dan masyarakat dapat berjaga-jaga menghadapi kemungkinan terburuk jika bencana akan terjadi. Selain itu juga peta dapat memberikan

3. analisis

jika peta telah berhasil dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mengenal mengenai simbol-sibol di dalamnya dan dcara membaca peta tersebut. Dengan kata lain, tahap analisis ini merupakan langkah awal mengetahui informasi yabg ingin disampaikan oleh si pembuat peta.

4. interpretasi

intepretasi merupakan proses pengenalan lebih lanjut guna memahami dan mengerti objek penelitian yang dipelajari. Dengan menginterpretasi peta yang telah dibuat sesuai dengan kepentingan peneliti guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka interpretasi akan membantu peneliti dalam membuat tindak lanjut dari permasalahan yang ada. Misalnya, setelah mengetahui titik-titik berbahaya dari gempa yang mungkin timbul di Patahan Lembang maka peneliti dapat mendeskripsikan dan mengekplanasikan peritiwa dan keadaan alam di Lembang. Lalu dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan ikut berpartisipasi dalam mengantisipasi banyaknya korban atau kemungkinan terburuk jika lempeng tektonik di Lembang benar-benar aktif dalam waktu dekat. Dengan kata lain, menginterpretasi peta merupakan proses mengelompokkan dan memperdalam pengertian dan konsep mengenai masalah yang dihadapi supaya dapat ditindaklanjuti dengan baik.

1 komentar: