- BeTha -

Senin, 26 November 2012

ANGGUR CINTA

aku terhenyak baca cerita yang satu ini, judulnya Anggur Cinta
ini hasil dari nyalin di fb tapi coba baca deh...
 
"Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur" Kidung 1:2

Bukankah cinta itu sesuatu yang menakjubkan? Coba pikirkan tentang cinta pertama Anda; debaran dan kegembiraan yang Anda rasakan ketika ada seseorang yang mencintai Anda! Ketika saudara perempuan Anda selalu mengingatkan Anda betapa menyebalkannya Anda, dan kaus kaki Anda adalah kaus kaki yang paling bau di seluruh dunia, ada wanita lain yang harum dan secantik bunga yang mengatakan Anda sungguh manis!

Lalu Anda menikahi sang bunga, dan menikmati keharumannya selama bertahun-tahun, sampai satu hari, Anda terbangun dan menyadari keharuman itu telah hilang. Anda melihat si pengantin muda Anda, dan waktu telah meninggalkan jejak di dirinya. Anda melihat cermin, dan bayangan Anda sendiri tidak Anda kenali. Kemanakah cinta telah pergi?


Dalam kebanyakan kasus, cinta itu masih tetap ada disana, tetapi telah melalui beberapa perubahan positif dan negatif. Cinta telah berubah ke arah lebih baik melalui pendalaman akan pengertian yang baru dan lebih berkembang mengenai apa cinta itu. Cinta bukan mengenai hubungan seksual, makan malam romantis dan berdansa di malam hari, tetapi mengenai hubungan dan cinta kasih. Pasangan Anda tidak hanya mengedipkan matanya kepada Anda, tetapi sekarang Anda sekarang yang mengedipkan mata yang pedih ketika ia membantu Anda memasang contact lens. Ketika suami Anda dulunya memandang Anda dengan mesra dari seberang meja makan dan dengan lembut menyuapi Anda dengan jarinya, sekarang ia menyuapi Anda makan pagi, siang dan malam selama 6 minggu karena tangan Anda patah akibat cucu Anda tiba-tiba melompat menimpa Anda! Anda melihat rambut istri Anda dan berpikir kemanakah rambutnya yang dulu hitam legam, dan sekarang hanya ada beberapa bayangan abu-abu.. Anda memegang sendiri kepala Anda hanya untuk merasakan licinnya kepala Anda sekarang.


Yah, waktu telah berubah banyak bagi Anda berdua, dan ketika Anda memikirkan kenyataan ini, sudut bibir Anda bergerak naik dan Anda senang Anda tidak sendirian dalam melewati transformasi alamiah ini. Anda berpaling kepada pasangan Anda dan tersenyum tanpa alasan yang jelas, dan ia kembali berpikir Anda sedang pada "masa senioritas" yang lain!


Dan untuk yang negatif, perubahan negatif itu tidak PERLU terjadi, tetapi sedihnya, dalam pernikahan, hal itu sering terjadi karena kita sering saling meremehkan. Kita berpikir hal yang tersulit adalah bagian memasukan cincin ke dalam pasangan kita dan sekarang, kita dapat duduk-duduk santai dan menikmati masa indah selamanya. Dan ketika masa indah itu tidak datang, kita mulai marah, merasa frustrasi dan menyalahkan, "Ia tidak bersikap sama kepada saya seperti dulu!" ujar Anda.


Bagaimana dengan Anda? Bagaimana sikap ANDA terhadap pasangan Anda? Apakah Anda berkata-kata dengan kata-kata pedas dan mengharapkan respon semanis madu? Bagaimana dengan tindakan Anda sendiri? Apakah Anda mengacuhkan kebutuhan pasangan Anda sementara Anda menginginkan ia memenuhi kebutuhan Anda?


Sebagaimana ayat itu membandingkan cinta dengan anggur, pernikahan seperti layaknya kebun anggur harus dirawat, disiram dan dipupuk jika Anda menginginkan buah anggur yang manis dan lezat untuk dibuat anggur. Jika tidak, kebun anggur itu akan mulai mati dan mengering, dan air yang keluar dari buah anggur itu terasa asam.


Cinta dalam pernikahan LEBIH nikmat dibandingkan dengan anggur, karena seperti rasa anggur yang semakin enak seiring dengan berlalunya waktu, cinta kasih yang terpelihara memiliki kemampuan untuk menumbuhkan karakter dan intensitas. Minuman terenak!!


Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan kita dengan Tuhan. Mengacuhkan hubungan kita akan menyebabkan kepahitan jiwa dan kehancuran terhadap keselamatan yang telah kita peroleh.


Melanie Schurr
kalau menurut aku, ya bener banget. cinta itu bakalan jadi nikmat kalau memang ngerti gimana cara merawat dan menerima perawatan. bakal jadi hasil yang istimewa kalau ngerti gimana rela berkorban dan mensyukuri pengorbanan. walaupun kadang nangis sampai LEBAY, tapi memang cinta itu nggak bisa dikira seperti matematika yang 2+2 = 4. karena cinta itu menuntut situasi kondisi dan tentu saja pengertian. aku juga bukan juragan cinta yang baik, yang pengertian 100% dengan pacarku. kadang murung, ngambek, manja setengah mati dan melakukan hal bodoh lain. tapi setidaknya, jangan ada yang menyakiti dan tersakiti. jangan ada yang terpaksa dan memaksa. jangan ada yang diam dan teriak. jangan ada yang memanfaatkan dan dimanfaatkan. cinta juga sebaiknya jangan hanya aku dan kamu, tapi kita :) Tuhan tahu itu, tapi menunggu. . . 
 

Kamis, 21 Juni 2012

standar kompetensi guru

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan kebutuhan primer manusia demi melanjutkan hidup yang berkualitas. Dalam pembelajaran ada aksi dan reaksi atau timbal balik oleh pendidik dan peserta didik. Interaksi yang dibangun di dalam pembelajaran adalah interaksi dalam penyampaian informasi edukatif yang bersifat kausal. Informasi edukatif tidak sekedar penyampaian materi, melainkan merubah perilaku berdasarkan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Syarat minimal sebuah pembelajaran dilaksanakan adalah ada pendidik (guru), peserta didik dan materi pembelajaran.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus untuk melakukankegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalabi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendiikan tertentu.
Jika dalam pembelajaran tidak disertai kerjasama antara guru dan murid, maka pembelajaran sulit mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran, bukan sekedar untuk memenuhi indikator yang tercantum dalam perangkat pembelajaran, melainkan juga untuk memberikan makna serta mengaplikasikan ilmu, pengetahuan yang didapatkan supaya bermanfaat. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan laten pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu mengaktualisasikan kompetensinya di dalam pembelajaran bersama dengan peserta didik dan fasilitas penunjang supaya lahir pembelajaran yang mencerdaskan, berkarakter dan cakap menanggapi masalah.
Jika ditanya tentang tugas guru yang utama, jawabnya adalah mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja. 
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Akan tetapi, guru yang bisa mengajar belum dapat dikatakan sebagai guru profesional. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang tidak terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalamn yang kaya di bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru yang profesional.
Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu :
1.             Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
1.1         Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar;
1.2         Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
1.3         Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
1.4         Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan
1.5         Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
2.             Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:
2.1         Mantab
2.2         Stabil;
2.3         Dewasa;
2.4         Arif dan bijaksana;
2.5         Berwibawa;
2.6         Berakhlak mulia;
2.7         menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
2.8         mengevaluasi kinerja sendiri; dan
2.9         mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3.             Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
3.1         konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar;
3.2         Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
3.3         Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
3.4         Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan
3.5         Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
4.             Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk :
4.1         Berkomunikasi lisan dan tulisan;
4.2         Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
4.3         Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan
4.4         Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

SERTIFIKASI PENDIDIK KEPADA GURU/DOSEN PROFESIONAL
Guru dan dosen adalah pemeran utama dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berkarakter dan manusiawi. Maka dari itu, sangat dibutuhkan guru profesional dan bermartabat sehingga generasi penerus bangsa menjadi insan yang cerdas, kreatif, inovatif, aktif dan berakhlak. Kompetensi keguruan yang terjamin diharapkan dapat memberikan asupan nutrisi pendidikan yang cukup membekali peserta didik hingga pada akhirnya impian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan lagi sekedar angan-angan semata. Untuk meningkatkan kuantitas pendidik yang berkompeten, berkualitas dan bermartabat membutuhkan dukungan dari banyak pihak, terutama oleh pemerintah.Selain guru itu sendiri yang harus memiliki motivasi untuk membangun pendidikan yang berkarakter kuat dan cerdas, pemerintah juga ikut andil dalam mendukung gerak guru mencapai tujuan dalam dunia pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk melahirkan guru yang berkualitas, membutuhkan dana yang tidak sedikit demi mengembangkan ilmu, pengetahuan dan wawasan untuk dikembangkan bersama peserta didik.
 Salah satu langkah yang telah ditempuh oleh pemerintah adalah adanya sertifikasi pendidik di Indonesia bagi guru yang berkompeten, berkualitas dan bermartabat. Sertifikasi pendidik merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Sertifikasi pendidik melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi pendidik. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.
 Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Sudah tersiar beberapa waktu hingga menjadi topik hangat baik di instansi pendidikan maupun masyarakat umum, bahwa sertifikasi pendidik merupakan keseriusan pemerintah dalam menanggapi keluh kesah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang kesejahteraannya dikesampingkan.
Dari program-program peningkatan profesionalisme guru tersebut akan mengantarkan guru memiliki kesejahteraan yang terjamin. Pertanyaannya adalah “Adakah perbedaan antara guru yang tersertifikasi dan yang tidak tersertifikasi?
Sertifikasi pendidik adalah upaya pemerintah yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru supaya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan nasional. Guru dan dosen yang lolos sertifikasi memiliki konsekwensi dari didapatkannya tunjangan yang cukup besar karena sertifikasi tidak semata-mata hanya untuk kesejahteraan guru. Melainkan sertifikasi harus menghasilkan buah baik oleh pendidik dan diimbaskan pada peserta didik melalui berbagai cara, seperti meningkatkan skill mengajar, menambah alat penunjang pengajaran secara pribadi (contoh: laptop, media pembelajaran, dll) atau meningkatkan kinerja di kelas.
Kenyataan di lapangan ternyata belum sebanding dengan harapan pemerintah untuk memajukan pendidikan. Meski pemerintah selain terus menambah jumlah guru juga meningkatkan kualitasnya. Tetapi hasil di dunia pendidikan yang nyata kurang memberikan dampak maksimal. Buktinya adalah masih banyaknya kasus kekerasan di sekolah, tawuran, hamil di luar nikah dan lain sebagainya. Walaupun tidak seutuhnya tugas guru untuk mengawasi peserta didiknya, lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan, namun sekolah (guru terutama) seharusnya menjadi sosok yang ‘digugu lan ditiru’.
Jika seorang guru sudah tersertifikasi, tentunya harus ada evaluasi yang menggunakan dindikator sebagai guru profesional. Selain memenuhi kompetensinya sebagai guru, ia juga harus melaksanakan kewajibannya dalam administrasi pendidikan, seperti perangkat pembelajaran, mengikuti DIKLAT, musyawarah guru, dan kegiatan-kegiatan lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh sebab itu, perlu adanya evaluasi lagi dengan maksud untuk menjaga profesionalismenya. Evaluasi ini harus dilakukan secara berkala.
Guru yang dikatakan profesional dengan mengantongi sertifikasi pendidik harus membawa keberhasilan bagi peserta didiknya, seperti membawa peserta didik dalam perlombaan, menjuarai even-even pendidikan, meningkatkan nilai tes/ujian dan lain-lain. Tetapi faktanya, dedikasi yang diberikan guru kepada peserta didik tidak lebih dari penyalur ilmu, bukan sukarelawan yang mau mengembangkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Alasannya, beban mengajar dan kesibukan di luar pembelajaran telah menyita waktu untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Adanya sertifikasi pendidik tidak akan menyebabkan kecemburuan sosial jika masyarakat ikut merasakan manfaatnya. Sebagai contoh, guru yang telah memiliki tunjangan sertifikasi mampu membuat anak didiknya mendapat nilai tinggi dan merubah kepribadian yang buruk menjadi lebih baik, maka orangtua pasti akan berterimakasih atas kepekaan pendidik. Oleh sebab itu, seharusnya antara kenyataan dan harapan dari kegiatan pembelajaran oleh guru tersertifikasi harus menunjukkan keharmonisan. Guru tidak selalu memberikan pembelajaran yang konvensional, melainkan harus mendongkrak pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari (aplikatif).
Pemerintah yang telah membuka pintu bagi guru-guru harus diimbangi dengan langkah yang signifikan menuju pendidikan nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi guru profesional dan tersertifikasi sebaiknya membuktikan dengan aksinya sebagai guru profesional. Sehingga bukan dicap sebagai pemakan gaji buta yang tidak berbeda dengan koruptor. Dengan diadakannya evaluasi berkala, pemerintah dapat mendeteksi dan mengidentifikasi guru-guru profesional dan tidak profesional atau yang pantas disertifikasi dan tidak pantas mendapat sertifikasi. Segala upaya, termasuk sertifikasi pendidik, bertujuan untuk menghidupkan bangsa dan negara yang berkualitas. Maka, dibutuhkan partisipasi bagi seluruh bangsa untuk mendukung langkah-langkah dan program-program peduli pendidikan selanjutnya, tidak sekedar menganggap bahwa sertifikasi pendidik merupakan tindakan yang tidak berguna dan sebagainya. Melainkan ikut mendukung, mengawasi dan mengevaluasi kinerja guru demi terlaksanakannya negara Indonesia yang maju di segala bidang. Semestinya targetnya adalah adanya peningkatan kualitas, karena sertifikasi dilaksanakan berangkat dari kesadaran bersama untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan.




PENUTUP
Tuntutan meningkatkan kualitas guru yang profesional lagi hangat dibicarakan dan diupayakan oleh pemerintah sekarang. Guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas.Tugas seorang tenaga pendidik profesional meliputi tiga bidang utama, yaitu di bidang profesi, kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tentu saja seluruh bangsa yang membutuhkan pendidikan tanpa terkecuali selalu berharap agar pemerintah tidak mubazir mengeluarkan dana yang cukup besar demi peningkatan profesi dan kesejahteraan guru. Tenaga pendidik juga benar-benar konsentrasi dalam menyiapkan perangkat administrasi pembelajaran maupun melaksanakan pembelajaran itu sendiri. Sehingga, guru benar-benar dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Sehingga tidak sampai masyarakat luas memberikan anggapan bahwa guru tersertifikasi sama saja dengan guru tidak tersertifikasi, pembedanya hanyalah ceceran rupiah pada guru/dosen yang dianggap profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Djatun. 1990. Dasar Kependidikan. FKIP UNS: Surakarta
Sri Anitah. 2009. Teknologi Pembelajaran. Inti Media Surakarta: Surakarta
Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo M. Si (Rektor UNNES). Artikel : Sertifikasi pendidik Mesti Dibenahi. http://priangan20.com/pendidikan/162-sertifikasi-guru-mesti-dibenahi.html

Rabu, 13 Juni 2012

KKL 2 ~ HAPPY ENDING

aku lagi nggak pengen cerita pakai banyak kata dan kalimat deh..
jadi aku gambarin lewat foto aja yaa :))
berhubung hati juga lg nggak ada semangat nih *kasian

check it out !!
nahhhh, kkl2 kali ini diadain di DAS Biru kecamatan Purwantoro n Bulukerto, Wonogiri
 Ini dosen geomorfologi, namanya Pak Setya Nugraha

 Ini ketua KKL2 YOGA PRISMANANTA :D
 itu aku sampai ke tebing di semak belukar -________- ngeri waktu turun booo

 bareng anak2 yang abis pulang nyumbang :D~ poto disik dikkk gen dho ketok ganteng xD
 perjalanan menuju berbagai satuan lahan.. *ini habis kesasar hahaha*

 ada Benny, Aku, Rudi n yg dibelakang itu Ganteng namanyaaaaa (nggak kelihatan sayangnya kegantengannya)
 Melet dulu biar hitam dan lusuh *huftt =3=
 malemnya kita adain rekapitulasi data n uji kimia tanah
 kalau yang ini untuk ukur pH, pakai KCl


 ini aku, lili n erwin : penelitian kita nggak cuman di sawah n semak belukar aja, tp sungai :)

 anak2 geografi 09.. bahagianyaaa mau penelitian hari terakhir :p pelepasan bareng Pak Polo Bulukerto
 ini waktu wawancara tentang Konservasi Lingkungan Hidup n Keluarga Berencana
 nunggu jemputan pakai JET :p truk maksudnyaaaa

 ini dia jet'nyaaa ! :D
dan aku tetep semangat jadi anak geografi meneliti pelosok DAS Biru sekalipun !!!
DAN SEKARANG LAGI SIBUK NYUSUN LAPORAN SERTA PERSIAPAN UJIAN KKL 2
DOAKAN YAAAAA :*

Rabu, 25 April 2012

classroom climate

tugas dari Prof. Haris - Strategi Belajar Mengajar - FKIP UNS/P.geografi (2010)

Article
How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become Successful Learners
Creating a successful classroom climate is one of the most important classroom management strategies teachers need to get right.
If your classroom climate is to be successful it has to be positive and motivate your students to want to be successful. As with many aspects of classroom management, the most important factor in creating a positive classroom environment is the teacher, and this is where the process must start.
The climate in the classroom is of course more than the physical classroom environment. It is a process that builds the psychological framework for all activitiy that happens in the classroom. The classroom climate is not just about motivation and student well being, it is a major ingredient of the context for successful learning. Real learning cannot take place in a negative classroom climate, in the same way that plants will not grow if the soil is not right.
If, however, the teacher gets the classroom climate right, the evidence suggests that students do learn more effectively and their achievement does increase, partly because they respond better to their classroom environment and in particular they respond better to their teacher.
How can teachers create a positive classroom climate?
It seems that three particular features are present in all successful classrooms. The first key factor is the quality of the relationships, in other words how much everyone helps and supports each other. The relationship between teacher and students is clearly important but relationships between students is equally important in ensuring a successful classroom climate.
The second key feature is the personal development of students, and how easy we make it for them to grow as learners and fulfil their potential.
The third key factor is the smooth running of the classroom, characterised by an orderly environment where teacher expectations and standards of personal behaviour and achievement are high and clearly understood by everyone.
Over the years I have been privileged to observe dozens of my colleagues in their classrooms, and what has often struck me is the interdependence of all the factors that make up a successful classroom climate. The three broad pillars mentioned above are solidly present in successful classrooms but the components of good relationships, student personal development and the smooth running of the classroom are not discrete entities, but rather fluid elements skilfully managed by good teachers and brought together to make a warm, positive and successful classroom environment.
I also believe that, although some teachers have a personality type that makes it easier for them than for other teachers to establish a successful classroom climate, all teachers can learn the skills and classroom management strategies they need to build the right climate in their classroom.
What are the common strategies that successful teachers use to build a positive classroom climate?
1. They create a warm classroom environment
Research studies seem to suggest that students respond best to teachers who are at the warm end of the spectrum in terms of how they relate to their students. In other words, teachers who are approachable, friendly, helpful and supportive and who can control the class and impose themselves without appearing too strict or overbearing.
The opposite side of this coin is that students seem to respond less well to teachers who are inconsistent, uncertain and who tend to criticise students frequently and draw attention to students' shortcomings. The key finding here is not just how well or badly students relate to their teachers' relative warmth or lack of it, but that the quality of learning outcomes is affected by how warm and approachable students perceive their teachers to be.
When teachers make it clear to students that they are concerned about their students' emotional needs, as well as their curriculum and learning needs, students seem to participate better in class, and in particular seem more prepared to ask for help when they are in difficulty. Research shows that it's often the least able students, who have the most need of help, who feel least able to ask for help, if they sense that their teacher is unaware of their emotional needs. The result is their need goes unanswered.
The steps teachers can take to create a warm supportive classroom climate include:
·       show understanding and openness so students feel confident to speak openly about their needs and to talk about problems, in an atmosphere that is not confrontational
·       be friendly and let students see the teacher sees them as people and values them as individuals - students need to feel they can trust the teacher before they'll open up about difficulties they may have, either personal problems or problems with understanding the learning
·       help students by making it clear that it's acceptable to make mistakes when learning, in fact making mistakes is important for true learning to take place. One of the posters in my classroom that I refer to often with students says 'The only dumb question is the one you don't ask'
·       be principled by making sure you treat students fairly and justly, that you can tell the difference between the person and the behaviour they may display, and that you impose classroom discipline appropriately, not just because you can
2. They are enthusiastic
Another classroom management strategy that promotes a positive classroom climate is enthusiasm on the part of the teacher. The research shows that teachers who consistently send positive messages about the subject being studied do have an influence on how students respond, by motivating students more than teachers who are less enthusiastic. Students never get inspired by teachers who are not enthusiastic.
Of course, in real life, it's not possible to be enthusiastic all day every day, but at the very least we can avoid sending obvious messages to our students that we are unenthusiastic, and, in particular, we should avoid telling our students that we're only covering a topic because it's on the syllabus, especially if we also send the message, however subtly, that we think the topic is too difficult for the students. Instead we can try to focus on a particular angle that will show our students how they can gain a particular learning benefit from the topic in question.
Enthusiastic teachers often come across as confident specialists who really enjoy teaching their subject and can 'wrap up' the learning in many different ways to make it interesting and accessible to all learners.
3. They have high expectations
One of the most consistent research findings is the effect on student performance of teacher expectations. In short, students do better when they believe their teachers expect them to do well. By contrast, students who think their teacher does not have high expectations of them, are caught in a self fulfilling prophecy and tend do less well.
Teachers often communicate their own perceptions in subtle ways, and perhaps unintentionally. It is easy, for example, to believe we are praising students, but actually be undermining them by saying things such as: 'Well done, I was surprised how good your answer was.' The subliminal message picked up by students here is that the teacher perception actually is that these students are of low ability .
Sometimes there are other, possibly unintentional, behaviours that students interpret as negative perceptions. For example, it's easy for a teacher to ask more questions to students they perceive as being more able, and in so doing create fewer opportunities for students who are seen as not so able.
In the same way, low teacher expectations may result in some students being asked only to answer low order questions, which do not take learning forward in a meaningful way.
The real danger of basing teacher expectations on mistaken perceptions is that students realise what's going on and start to internalise these perceptions, with the result that everyone in the class starts to behave in ways the teacher expects them to behave. This can lead to a very positive cycle for those 'high expectation' students, who may become high achievers. The opposite is also true for the 'low expectation' students who sink further and further down their negative cycle. As principled educators we can't accept this kind of 'collateral damage'.
Teachers with high expecatations of students seem to have these things in common:
·       they pay very close attention to the progress their students are making, and check against objective data that their perceptions or 'gut feelings' about students are backed up by facts, and so avoid acting on mistaken perceptions of students' abilities
·       they take great care not to communicate low expectations: students may have limited abilities, but teachers need to communicate their faith that students will do the best they can within the limits of their abilities
·       make sure students get useful feedback on their progress, feedback that is honest but constructive and focused on continuous improvement, it's the 'I wan't you to show me how well you can do' approach, not the 'This is what you've shown me you can't do' approach
·       take great care about how they ask questions in class - they ask high order questions, usually involving open questions [What/Where/When/ Why/How [particularly How], that encourage deep rather than superficial answers. These questions are sometimes called 'fat questions', and teachers need to allow students enough time to construct well thought out answers
·       they emphasise good presentation of student work as much as the content, and, crucially, expect all students to meet these high presentation demands, because they expect all students will take a real pride in their work
Good teachers know how important it is to build and maintain a classroom climate that is positive and supportive, and are proactive in their aproach because they want to take as much responsibility as they can for creating a classroom environment that:
1.             promotes good quality of life for learners and teachers
2.             helps to deliver a curriculum that promotes social and emotional learning as well as academic learning
3.             helps teachers to be effective with a wide range of students
4.             stimulates intrinsic motivation for teaching and learning

source : classroom-management-success.org

Relevansi dengan matakuliah SBM:
Dari artikel yang berjudul “How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become Successful Learners”, ditemukan banyak hal yang berkaitan dengan pemahaman matakuliah Strategi Belajar Mengajar yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi calon guru efektif.
Pokok pembahasan dalam artikel tersebut adalah arti penting membangun kelas dengan suasana yang baik sehingga mampu mendukung kesuksesan kegiatan belajar-mengajar. Kalimat pertama tertulis Creating a successful classroom climate is one of the most important classroom management strategies teachers need to get right”, menciptakan iklim kelas yang sempurna merupakan salah satu hak guru yang terpenting dalam strategi belajar-mengajar.
Matakuliah Strategi Belajar memiliki fungsi laten, yaitu melahirkan seorang guru efektif yang mampu membangun suasana kelas kondusif dan melakukan pengajaran secara efektif sehingga anak didiknya mendapat hasil belajar yang baik. Oleh sebab itu, artikel tersebut sangat membantu dalam proses belajar menjadi guru efektif yang pintar dalam menyesuaikan diri, mampu memperkenalkan hal baru dan dapat mengubah lingkungan  kelas supaya kelas yang ia diami menjadi hangat dan nyaman.
Guru adalah kunci utama dalam menciptakan suasana ke arah positif maupun negatif. Iklim kelas yang baik akan membantu proses belajar-mengajar menjadi lancar atau sebaliknya. Guru diharapkan mampu memberikan rangsangan positif dan menciptakan iklim yang mendukung anak didik mendapatkan hasil belajar memuaskan. Faktor utama bagi guru dalam membangun iklim kelas yang baik, adalah Relationships (hubungan), personal development (perkembangan individu)  dan smooth running (kelancaran). Hubungan yang baik antara guru dengan anak didik sangat perlu dibangun. Guru yang ramah akan mengundang antusiasme dari murid untuk mengikuti pelajarannya sehingga mereka memiliki kesempatan mengikuti pelajaran dengan nyaman dan menyenangkan. Selain itu, penting adanya personal development pada anak didik, karena kesuksesan kelas juga ditentukan oleh kualitas masing-masing siswa. Oleh sebab itu, hal ini juga harus diperhatikan oleh seorang guru efektif. Kelancaran kelas terlihat dari kondusif/tidaknya dan teratur/tidaknya kegiatan belajar-mengajar sehingga peran guru sangat besar dalam mewujudkan faktor ini, yaitu menegakkan peraturan dan pendekatan yang tepat dalam mengatur situasi kondisi kelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menciptakan iklim yang baik merupakan salah satu materi penting dalam strategi belajar mengajar karena memiliki banyak manfaat. Terciptanya iklim kelas yang baik akan merangsang hubungan yang baik oleh siswa dan guru. Hal ini memudahkan guru untuk menyampaikan materi, ilmu pengetahuan dan wawasan yang diperlukan oleh siswa. Hubungan yang baik dan materi yang mudah tertanam menyebabkan anak didik mencintai pelajaran yang dibawakan oleh guru tersebut. Jika perhatian dan rasa ingin tahu anak didik mampu diambil oleh seorang guru, maka kelas pun akan kondusif sehingga proses belajar mengajar lancar. Semua itu akan merujuk pada keberhasilan anak didik mendapatkan hasil belajar yang maksimal, yaitu keberhasilan siswa dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.