- BeTha -

Sabtu, 06 April 2013

KOPASSUS vs Preman

itung2 malem minggu berkualitas yaaa :D
kalau harus milih, dan nggak boleh nggak milih,harus bunuh!

kalian mau yang ini:

atau yang ini:



Hai apakabar? Udah siap mikir? Hehehe
Kali ini aku mau agak seriusan deh, nggak becanda muluk, nggak cintacintaan muluk. Yah, paling nggak aku bisa jadi anak yg ‘nalar’ dan peduli sama negara ini, NKRI. Cieeeee.. :p
Kalian pasti belakangan ini sering banget denger tentang Kopassus yang ngelakuin aksi pembunuhan kan? Pasti donk ya. Internet ada, tipi ada. Kecuali nganggep itu semua mudorot.. -_- yah, kali ini aku mau bahas tentang kasus yang simpangsiur ini. Banyak yang agungaguning HAM dan Hukum. Saya berhak nilai donk sbg opini publik yang mewakili (mungkin) sejumlah manusia yang mau peduli dengan kasus ini.
Langsung aja ke kasus yang dibilang sama komnas HAM ini adalah “aksi premanisme yang menanggalkan hukum dan Hak Asasi Manusia”. Memang bener juga sih ini semua adalah nggak lebih dari aksi ‘seperti’ preman yang kalap terhadap sekumpulan ‘benar2’ preman karena anggota dari kesatuannya itu dibunuh. Dan posisi pembunuhan itu ketika Serka S sedang melakukan TUGAS NEGARA yang mulia. Eh segerombolan jasad yang meresahkan tapi justru sekarang ini diperjuangkan sama suatu institusi negara karna dianggep KORBAN! Helloooo. Kemana aja kalian institusi?
Kenapa aku bilang kek gini?
Nyadar nggak sih siapa yang dibunuh oleh 11 orang berjiwa ‘berani membunuh dan berani dibunuh’ ini dan APA MOTIFNYA? Trus akhirnya aku bertanya, emang siapa sih mereka, 4 orang yang terbunuh ini?
Institusi ‘itu’ memang memiliki hak untuk memperjuangkan hak asasi manusia, sesuai dengan hukum dan sistem yang berlaku di negara ini. Tapi, kenapa harus 4 orang ini yang mereka fokuskan? Sedangkan seorang prajurit mati di medan perang tidak? Seorang serka dari anggota kopassus tidak diperjuangkan? Dari layar televisi saya baru tau kalau si istri serka S sedang mengandung kini tanpa ayah. Istrinya akan menjadi janda. Orang tuanya telah melihat anaknya mati di medan perang sebagai intel, kemudian dihujat oleh sebuah institusi yang berada di bawah Negara yang dulu ia bela!!
Sebuah institusi memperjuangkan HAM untuk gerombolan manusia yang telah melanggar HAM banyak orang. Sempat terdengar masyarakat Yogyakarta yang bilang ‘lebih baik preman hengkang dari Yogya tercinta ini, daripada mereka datang hanya untuk melakukan kerja preman’. Lalu dimana peran istitusi tersebut untuk SEORANG abdi negara? Dihukum penjara kemudian dibebaskan, tidak menjamin para preman itu akan bertobat. Dia bukan anak kecil yang melakukan kesalahan kemudian dihukum orangtuannya lalu dia tidak akan mengulanginya lagi, itu anak kecil. Banyak yang menyalahkan dan menyayangkan kenapa balas dendam ini harus menggunakan kekerasan sampai pembunuhan. Jelas, sudah menjadi rahasia umum kalau kesatuan yang dibentuk secara ‘khusus’ itu dididik dan dibangun untuk berani membunuh/dibunuh demi kesatuannya. Institusi mau menyalahkan pendidikan ini? Salahkan saja pada sistem pendidikan para prajurit tersebut. Sistem pendidikan tentara terutama kopasus akan diubah? Jangan salahkan mereka kalau menjadi tentara yang tidak elit lagi. Kemudian kalau ada perang atau pemberontakan mereka harus membela negara? Ah, buat apa! Satu orang saja tidak mau dibela ngapain susah2 bela negara yang nggak ngurusin mereka sebagai abdi negara, terlebih kekuatan seperti apa yang akan dibanggakan kalau tentara tunduk pada HAM semata. Efek jera itu harus ada, pak presiden! Shock therapy lah istilahnya.
Di sebuah stasiun televisi dan ada seorang ‘berpendidikan’ mengatakan bahwa : sayang sekali ini dilakukan. Seharusnya semua oknum jika ingin melakukan sesuatu harus dipikirkan. Apa yang akan terjadi atau menimpa mereka jika hal tersebut dilakukan.
Ini tidak ada di kamus para abdi negara yang benar2 membela negaranya dengan benar. Bukan mau “CARI MUKA DAN BERMAIN AMAN”. Politikus gampang untuk menutup mata hatinya melihat kawan seperjuangan difitnah korupsi, yang penting mereka dapat fulus tanpa tangan kotor ngurusin orang lain. Dinas-dinas pemerintah gampang nutupin satu dua orang yang tanda tangan diatas lembar kertas dengan proyek kosong. Tapi untuk kasus ini, Kopassus benar2 menunjukkan kesatuannya. HAM? Institusi itu yang mengatasnamakan HAM demi preman masih dianggap pahlawan? Iya pahlawan bagi mereka yang kehilangan ‘dekengan’ atau ‘tembok’ untuk muka mereka yang busuk. Kerjaan preman ngerti lah ya? :D
Mereka nggak usah dibela, Pak Buk. Berani jadi preman kenapa nggak berani mati? Itu intinya! Berani malakin kita2 kaum kecil kenapa malah dibela? Nggak mungkin donk seorang intel itu bekerja di tempat yang ‘aman’, pasti dia bekerja di tempat yang meresahkan warga. Kalau memang 11 Kopasus itu dinyatakan bersalah, memang mereka bersalah tapi memperjuangkan kehidupan banyak  orang. Kalau 4 orang itu dianggap korban, lalu serka S dianggap apa? Para petinggi TNI yang cuman cari muka demi popularitas sebagai calon presiden itu yang laknat. Dia cari aman demi namanya dan egonya sendiri. Enak banget lho ini para preman, mereka diselamatkan nama dan pekerjaannya dengan menumbalkan 4 orang. Dengan gini kan mereka mikir, ah nglakuin pekerjaan kek gini kan juga Hak Asasi Manusia, kalau mati bakal dibela. Gue mau donk jadi preman, orang salah aja masih dapat pembelaan. Mana banyak bgt lagi pejabat yang butuh jasanya dan dijamin nggak bakal kena ‘getah’ dari kebobrokannya.
Jasa kopassus? Inget kasus WNI yang ditangkap orang2 somalia? Gimana takutnya negara luar kalau kopasus kita ditambah jumlahnya? Gimana ketahanan negara ini stabil tanpa mereka? Siapa yang akan maju pertama kali untuk menahan negara ini kalau ada serangan? Hah. Apa institusi yang meminta para abdi negara itu dihukum? Apa mahasiswa yang demo atas nama HAM untuk para peresah masyarakat? Apakah DPR dan para pejabat yang korupsi dan sok membela HAM untuk kasus ini? Memang HAM itu penting untuk diperjuangkan, tapi bukan untuk kepentingan tertentu! Ada asap pasti ada api donk? Nggak ada pembunuhan kalau nggak ada sakit hati men! Kalau kopassus dinyatakan bersalah juga harus dibunuh mati, mungkin negara dan institusi ‘itu’ baru sadar kalau semua tentara dan kopasus bunuh diri! NGERTI?
Secara simpel aja deh. Kalau aku nakal, pasti aku dibilangin sama bapakku. Aku nglakuin hal buruk lagi, aku dimarahin, dimaki. Lalu, ketika klimaksnya aku membuat kesalahan yang mengancam nama keluarga, pasti aku dikeluarkan dan berkata ‘jangan sekali2 menggunakan nama keluargamu’. Kemudian apakah bapakku harus dibunuh oleh kakekku karena itu perbuatan kejam demi keutuhan keluarga? Makanya, jangan main2. Itu ringan, karena bapakku bukan orang yang dilatih dan dididik dengan berani membunuh dan dibunuh. Karena bapakku bukan pasukan elit.
Kalau nggak ada masalah sosial, pasti nggak ada preman. Belum tentu! Karena mereka bermental seperti itu. Merkipun udah banyak lapangan pekerjaan, mereka terlena dengan pekerjaan memaksa, meminta dan menjarah! Nggak segampang itu menyalahkan keadaan yang melahirkan preman. Justru preman itu yang melahirkan keadaan sosial makin runyam, HAM banyak orang direnggut oleh preman. Coba deh komnas HAM survei ke lapangan. 2 survei. 1) banyaknya masyarakat yang HAMnya dilanggar oleh preman dan 2) banyaknya preman yang HAM nya dilanggar masyarakat/oknum abdi negara? Bisa ketawa ngakak deh.. serius!
makanya, kalau nggak mau jadi Target operasi, ya jangan melakukan yang meresahkan. kalau nggak mau dibunuh ya jangan bunuh. kalau nggak mau HAMnya dilanggar ya jangan nglanggar HAM!
Terimakasih Serka Santoso. Terimakasih Kopassus.