- BeTha -

Sabtu, 18 Mei 2013

(In)tolerance :')

 


Ladies and Gentlemen of the Appeal of Conscience Foundation (ACF),

I am a Catholic Priest and professor of philosophy in Jakarta. In Indonesia we learnt that you are going to bestow this year's World Stateman Award to our President Susilo Bambang Yudhoyono because of his merits regarding religious tolerance.

This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions.

How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia? Hopefully you have not made this decission in response to prodding by people of our Government or of the entourage of the President.

Do you not know about the growing difficulties of Christians to get permits for opening places of prayer, about the growing number of forced closures of churches, about the growth of regulations that make worshipping for minorities more difficult, thus about growing intolerance on the grassroot level? And particularly, have you never heard about the shameful and quite dangerous attitudes of hardline religious groups towards so called deviant teachings, meaning members of the Achmadiyah and the Shia communities, and the government of Susilo Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying nothing to protect them? Hundreds of their people have under Susilo Bambang Yudhoyono's presidentship been driven out of their houses, they still live miserably in places like sports halls, there have allready Achmadis and Shia people been killed (so that the question arises whether Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan dan Iran [favor of President G. W. Bush] where every months hundreds of Shia people are being killed because of religious motivations)?

Do you not know that President Susilo Bambang Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office has not a single time said something to the Indonesian people, that they should respect their minorities? That he has shamefully avoided responsibility regarding growing violence towards Achmadiyah and Shia people?

Again, whom did you ask for information before making you award choice? What could be your motivation to bestow upon this President a reward for religious tolerance who so obviously lacks any courage to do his duty protecting minorities?

I have to add that I am not a radical, not even a "human right extremist" (if such exist). I am just appaled about so much hypocrisy. You are playing in the hands of those - still few - radicals that want to purify Indonesia of all what they regard as heresies and heathen.

Franz Magnis-Suseno SJ

" stop violence in the name of religion :) "


Sabtu, 06 April 2013

KOPASSUS vs Preman

itung2 malem minggu berkualitas yaaa :D
kalau harus milih, dan nggak boleh nggak milih,harus bunuh!

kalian mau yang ini:

atau yang ini:



Hai apakabar? Udah siap mikir? Hehehe
Kali ini aku mau agak seriusan deh, nggak becanda muluk, nggak cintacintaan muluk. Yah, paling nggak aku bisa jadi anak yg ‘nalar’ dan peduli sama negara ini, NKRI. Cieeeee.. :p
Kalian pasti belakangan ini sering banget denger tentang Kopassus yang ngelakuin aksi pembunuhan kan? Pasti donk ya. Internet ada, tipi ada. Kecuali nganggep itu semua mudorot.. -_- yah, kali ini aku mau bahas tentang kasus yang simpangsiur ini. Banyak yang agungaguning HAM dan Hukum. Saya berhak nilai donk sbg opini publik yang mewakili (mungkin) sejumlah manusia yang mau peduli dengan kasus ini.
Langsung aja ke kasus yang dibilang sama komnas HAM ini adalah “aksi premanisme yang menanggalkan hukum dan Hak Asasi Manusia”. Memang bener juga sih ini semua adalah nggak lebih dari aksi ‘seperti’ preman yang kalap terhadap sekumpulan ‘benar2’ preman karena anggota dari kesatuannya itu dibunuh. Dan posisi pembunuhan itu ketika Serka S sedang melakukan TUGAS NEGARA yang mulia. Eh segerombolan jasad yang meresahkan tapi justru sekarang ini diperjuangkan sama suatu institusi negara karna dianggep KORBAN! Helloooo. Kemana aja kalian institusi?
Kenapa aku bilang kek gini?
Nyadar nggak sih siapa yang dibunuh oleh 11 orang berjiwa ‘berani membunuh dan berani dibunuh’ ini dan APA MOTIFNYA? Trus akhirnya aku bertanya, emang siapa sih mereka, 4 orang yang terbunuh ini?
Institusi ‘itu’ memang memiliki hak untuk memperjuangkan hak asasi manusia, sesuai dengan hukum dan sistem yang berlaku di negara ini. Tapi, kenapa harus 4 orang ini yang mereka fokuskan? Sedangkan seorang prajurit mati di medan perang tidak? Seorang serka dari anggota kopassus tidak diperjuangkan? Dari layar televisi saya baru tau kalau si istri serka S sedang mengandung kini tanpa ayah. Istrinya akan menjadi janda. Orang tuanya telah melihat anaknya mati di medan perang sebagai intel, kemudian dihujat oleh sebuah institusi yang berada di bawah Negara yang dulu ia bela!!
Sebuah institusi memperjuangkan HAM untuk gerombolan manusia yang telah melanggar HAM banyak orang. Sempat terdengar masyarakat Yogyakarta yang bilang ‘lebih baik preman hengkang dari Yogya tercinta ini, daripada mereka datang hanya untuk melakukan kerja preman’. Lalu dimana peran istitusi tersebut untuk SEORANG abdi negara? Dihukum penjara kemudian dibebaskan, tidak menjamin para preman itu akan bertobat. Dia bukan anak kecil yang melakukan kesalahan kemudian dihukum orangtuannya lalu dia tidak akan mengulanginya lagi, itu anak kecil. Banyak yang menyalahkan dan menyayangkan kenapa balas dendam ini harus menggunakan kekerasan sampai pembunuhan. Jelas, sudah menjadi rahasia umum kalau kesatuan yang dibentuk secara ‘khusus’ itu dididik dan dibangun untuk berani membunuh/dibunuh demi kesatuannya. Institusi mau menyalahkan pendidikan ini? Salahkan saja pada sistem pendidikan para prajurit tersebut. Sistem pendidikan tentara terutama kopasus akan diubah? Jangan salahkan mereka kalau menjadi tentara yang tidak elit lagi. Kemudian kalau ada perang atau pemberontakan mereka harus membela negara? Ah, buat apa! Satu orang saja tidak mau dibela ngapain susah2 bela negara yang nggak ngurusin mereka sebagai abdi negara, terlebih kekuatan seperti apa yang akan dibanggakan kalau tentara tunduk pada HAM semata. Efek jera itu harus ada, pak presiden! Shock therapy lah istilahnya.
Di sebuah stasiun televisi dan ada seorang ‘berpendidikan’ mengatakan bahwa : sayang sekali ini dilakukan. Seharusnya semua oknum jika ingin melakukan sesuatu harus dipikirkan. Apa yang akan terjadi atau menimpa mereka jika hal tersebut dilakukan.
Ini tidak ada di kamus para abdi negara yang benar2 membela negaranya dengan benar. Bukan mau “CARI MUKA DAN BERMAIN AMAN”. Politikus gampang untuk menutup mata hatinya melihat kawan seperjuangan difitnah korupsi, yang penting mereka dapat fulus tanpa tangan kotor ngurusin orang lain. Dinas-dinas pemerintah gampang nutupin satu dua orang yang tanda tangan diatas lembar kertas dengan proyek kosong. Tapi untuk kasus ini, Kopassus benar2 menunjukkan kesatuannya. HAM? Institusi itu yang mengatasnamakan HAM demi preman masih dianggap pahlawan? Iya pahlawan bagi mereka yang kehilangan ‘dekengan’ atau ‘tembok’ untuk muka mereka yang busuk. Kerjaan preman ngerti lah ya? :D
Mereka nggak usah dibela, Pak Buk. Berani jadi preman kenapa nggak berani mati? Itu intinya! Berani malakin kita2 kaum kecil kenapa malah dibela? Nggak mungkin donk seorang intel itu bekerja di tempat yang ‘aman’, pasti dia bekerja di tempat yang meresahkan warga. Kalau memang 11 Kopasus itu dinyatakan bersalah, memang mereka bersalah tapi memperjuangkan kehidupan banyak  orang. Kalau 4 orang itu dianggap korban, lalu serka S dianggap apa? Para petinggi TNI yang cuman cari muka demi popularitas sebagai calon presiden itu yang laknat. Dia cari aman demi namanya dan egonya sendiri. Enak banget lho ini para preman, mereka diselamatkan nama dan pekerjaannya dengan menumbalkan 4 orang. Dengan gini kan mereka mikir, ah nglakuin pekerjaan kek gini kan juga Hak Asasi Manusia, kalau mati bakal dibela. Gue mau donk jadi preman, orang salah aja masih dapat pembelaan. Mana banyak bgt lagi pejabat yang butuh jasanya dan dijamin nggak bakal kena ‘getah’ dari kebobrokannya.
Jasa kopassus? Inget kasus WNI yang ditangkap orang2 somalia? Gimana takutnya negara luar kalau kopasus kita ditambah jumlahnya? Gimana ketahanan negara ini stabil tanpa mereka? Siapa yang akan maju pertama kali untuk menahan negara ini kalau ada serangan? Hah. Apa institusi yang meminta para abdi negara itu dihukum? Apa mahasiswa yang demo atas nama HAM untuk para peresah masyarakat? Apakah DPR dan para pejabat yang korupsi dan sok membela HAM untuk kasus ini? Memang HAM itu penting untuk diperjuangkan, tapi bukan untuk kepentingan tertentu! Ada asap pasti ada api donk? Nggak ada pembunuhan kalau nggak ada sakit hati men! Kalau kopassus dinyatakan bersalah juga harus dibunuh mati, mungkin negara dan institusi ‘itu’ baru sadar kalau semua tentara dan kopasus bunuh diri! NGERTI?
Secara simpel aja deh. Kalau aku nakal, pasti aku dibilangin sama bapakku. Aku nglakuin hal buruk lagi, aku dimarahin, dimaki. Lalu, ketika klimaksnya aku membuat kesalahan yang mengancam nama keluarga, pasti aku dikeluarkan dan berkata ‘jangan sekali2 menggunakan nama keluargamu’. Kemudian apakah bapakku harus dibunuh oleh kakekku karena itu perbuatan kejam demi keutuhan keluarga? Makanya, jangan main2. Itu ringan, karena bapakku bukan orang yang dilatih dan dididik dengan berani membunuh dan dibunuh. Karena bapakku bukan pasukan elit.
Kalau nggak ada masalah sosial, pasti nggak ada preman. Belum tentu! Karena mereka bermental seperti itu. Merkipun udah banyak lapangan pekerjaan, mereka terlena dengan pekerjaan memaksa, meminta dan menjarah! Nggak segampang itu menyalahkan keadaan yang melahirkan preman. Justru preman itu yang melahirkan keadaan sosial makin runyam, HAM banyak orang direnggut oleh preman. Coba deh komnas HAM survei ke lapangan. 2 survei. 1) banyaknya masyarakat yang HAMnya dilanggar oleh preman dan 2) banyaknya preman yang HAM nya dilanggar masyarakat/oknum abdi negara? Bisa ketawa ngakak deh.. serius!
makanya, kalau nggak mau jadi Target operasi, ya jangan melakukan yang meresahkan. kalau nggak mau dibunuh ya jangan bunuh. kalau nggak mau HAMnya dilanggar ya jangan nglanggar HAM!
Terimakasih Serka Santoso. Terimakasih Kopassus.

Minggu, 10 Maret 2013

APA ITU GEOGRAFI?



TENTANG GEOGRAFI DARI OEMAR BAKRIE NYA GEOGRAFI UNS
MENYEMAI KEMAMPUAN BERFIKIR SPASIAL (spatial thingking skill)


Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Geospasial Day
Di FKIP Uiversitas Sebelas Maret Surakarta
Tanggal 22 Maret 2012



Oleh:
Partoso Hadi
Staff pengajar Prodi P. Geografi
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
e-mail:
HP. 082137687755


Abstrak

Program Studi Pendidikan Geografi hakekatnya sekolah guru untuk menghasilkan guru geografi dengan kompetensi profesional bercirikan spatial thinking skill yang dibangun dari substansi yang demikian luas. Setiap telaah substansial (litosfer,atmosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer) adalah sebentuk ladang penyemaian spatial thinking skill. Mempelajari substansinya sendiri menjadi beban mahasiswa sebab harus mengambil semua pelajaran cabang geografi manakala kedalaman penguasaan bidang ilmu harus mendalam/ kaffah. Tidak ada penjurusan pada sekolah guru di perguruan tinggi, sementara di sekolah menengah tidak dibedakan juga bahan ajar dari sumber geografi fisik, geografi manusia dan geografi budaya. Upaya penyemaian dan kemudian pemupukannya, berujung pada (semacam) capita selecta Pengajaran Mikro-PPL dan Metode Penelitian Geografi-Penyusunan Skripsi.

PENDAHULUAN
Tema Menyemai Kemampuan Berfikir Spasial dikemukakan dalam seminar ini dilatar belakangi oleh pertanyaan seorang mahasiswa pendidikan Geografi FKIP UNS yang mempertanyakan identitas peta geografi (dalam forum matakuliah Metodologi Penelitian Geografi di semester VI/ Genap Pebruari-Juli 2012, dua minggu yang lalu). Jika fenomena ini dipandang mewakili mahasiswa Pendidikan Geografi  pada umumnya, maka boleh diduga bahwa pemahaman mengenai konsep spasial beserta implementasi oprasionalnya belum dikuasai oleh mahasiswa.
Mahasiswa pendidikan geografi yang kelak akan menjadi guru professional di bidang geografi di tingkat pendidikan dasar (SMP/ MTs) dan sekolah menengah (SMA/ Aliyah) seharusnya sudah memiliki ketrampilan berfikir spasial (spatial thinking skill) sebagai bekal kompetensi profesional dan kompetensi pedagogis  untuk mengemban amanah sebagai guru geografi.
Upaya menyemai kemampuan spasial ini hanya sebentuk refleksi apa yang dilakukan dan ideal yang didambakan staf pengajar Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret.

PERFORMA GURU GEOGRAFI
Konon banyak keluhan tentang pembelajaran geografi di sekolah menengah: tidak menarik perhatian peserta didik, membosankan, lebih berujung ke hafalan...kurang berbobot, lebih menambah beban...dan sebagainya dan seterusnya. Agaknya pembelajaran geografi di SMP/ MTs dan SMA/ MA belum sepenuhnya sesuai dengan filosofi atau esensi geografi sebagai ilmu spasial yang diharapkan memberikan bekal kemampuan berfikir spasial (spatial thinking skill) dan spatial intelligence kepada peserta didik.
Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sudah sejak lama menaruh perhatian kepada pembenahan pembelajaran geografi di sekolah. Melalui dua kali sarasehan yang digagas oleh mendiang I Made Sandy dan diselenggarakan di Jakarta oleh Geografi FMIPA UI serta Semiloka di IKIP Semarang pada medio 1988 diidentifikasi akar permasalahannya ada pada kurikulum sekolah dan pada buku ajar (Semlok IGI di IKIP Semarang, April 1988).
Akar permasalahan tersebut sampai hari ini agaknya belum banyak berubah. Guru lebih membelajarkan ilmu batuan daripada geomorfologi geografi (geomorphological geography- Pidato Pengukuhan Guru Besar mendiang Prof. Drs. Kardono Darmojuwono), lebih mengajarkan ilmu tanah daripada geografi tanah, lebih mengajarkan ilmu iklim daripada klimatologi regional, lebih mengajarkan ilmu ekonomi daripada geografi ekonomi, lebih mengajarkan demografi dan studi kependudukan daripada geografi penduduk dan sebagainya dan seterusnya. Selain itu juga begitu mudah mencari kesalahan konsep dalam buku ajar yang digunakan guru dan murid.
Kesepakatan IGI (pada waktu itu) mengamanahkan bahwa pada bidang apapun ilmu geografi diamalkan termasuk dalam pembelajaran geografi di sekolah, seharusnya berangkat dari esensi geografi yang baku. Rupa-rupanya masih perlu optimalisasi pembekalan kompetensi profesional (kuliah: filsafat ilmu geografi dan cabang-cabang ilmu geografi) dan kompetensi pedagogis (kuliah: ilmu pembelajaran geografi).

CIRI SPASIAL GEOGRAFI
Geografi bukan ilmu segala macam. Tetapi dari kajian materi-substansi yang bermacam-macam, telaahnya selalu dari perspektif spasial; menghasilkan wilayah-wilayah geografik yang mencirikan persamaan obyek, fenomena, pola, masalah, potensi, yang ada di ruang muka bumi sebagai sebentuk persamaan (sekaligus perbedaan) obyek, fenomena, pola, masalah, potensi;  ruang mukabumi, dipresentasikan- ditampilkan- divisualkan dalam bentuk peta geografi. Hasil analisis spasial; deskripsi spasial, hubungan spasial, aura spasial, perbandingan spasial; juga dipresentasikan dalam bentuk peta geografi yang kerinciannya bergantung kepada skala peta. Materi pembelajaran geografi di sekolah terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, sampai antroposfer, seharusnya berbasis perspektif spasial pula. Maka pembelajaran geografi atas substansi apapun disampaikan menggunakan peta geografi yang relevan dengan substansinya itu.
Menengok pemikiran Preston E. James & CF Jones, editor American Geography Inventory and Prospect (AGIP) dan kontributor lainnya, sejak pertengahan dasawarsa limapuluhan abad lalu, tegas mengemukakan ciri spasial geografi sebagai berikut :
  • Today as in the past, geography is concerned with the arrangement of things on the face of the earth, and with the association of things that give character  to particular places, (AGIP – 1954: 4)
  • Almost all scholars who have thought deeply about the nature of geography agree on the essential unity of the field. Actually, there is just one kind of geography. (P.E James – Richard Hartshorne – J.R. Wright – AGIP 1954: 15).
  • In geography, the subject of investigation and presentation is the area differentiation of the face of the earth. Geography focuses on the similiarities and differences among areas, on the interconnections and movements between areas, and on the order found in the space at or near the earth’s surface. ( The Regional Concept etc. AGIP 1954: 21).
  • The geographic method of studying soils requires the identification of kinds of soils and the mapping of areal spread of these type. (AGIP, 1954 :383)
  • Fitogeografi
Geographers characteristically, record on maps their observations regarding patterns of distribution, and the maps in turn, are used for the study of areal relation. (AGIP, 1954 : 429-430)
  • Economics geography has to do win similiarities and diferences from place to place in the ways people make living ... (AGIP,1954:214)
  • Marketing Geography
... in studying markets, the geographer is primarily concerned with where the markets are. He is interested in the distribution of individual consumers and in the magnitude of actual potential sales within specific areas. ... in the study of channels of distribution on marketing geographer is primarily concerned, again, within the location of these channels.
... The mapping of relevant data regarding markets and the marketing process is a contribution in it self. (AGIP, 1954: 245-251)
  • Transportation geography
... Transportation is a measure of the relations between areas and is therefore an essential aspect of geography ... Geography is concerned with all connections and interractions, including communication and transportation ... For geographers who view the core of geography as primarily the analysis of  spasial interaction, the study of transportation and in the boarder sense, of circulation as a whole, is of crucial importance. (AGIP, 1954:311)
  • Historical Geography. Any study of past geography or of geographical change through time is historical geography, whether the study be involved with cultural, physical, or biotic phenomena and however limited it may be in topic or area. (Andrew H. Clark Chairman on Historical Geography, AGIP – 1954: 71).
  • Urban Geography. Geographers are concerned with the study of cities, because urban centres constitute distinctive areas. They are the face of the general patterns of settlement; they are populated to a density rarely encountered in rural  areas; they are the portals through which the spatial interchange of goods and ideas connects region with region; they dominate the the patterns of eonomic life.etc. (H.M. Mayer; E.L. UI Iman; Robert E. Dickinson; Ch.D. Harris; Clyde F. Kohn; Raymond E. Murphy; Victor Roterus-AGIP-1954 :143)
  • Agricultural Geography. Generally speaking, if an American geographer has been concerned with measures to increase the supply of wheat, he has though first of all in terms of producing wheat rather than buying it. He has then studied natural and social conditions in areas devoted to wheat production and, whit that evidence in hand, has set about discovering other areas in which there conditions prevail, or could be established, in order to determine where new supplies of wheat might be obtained. Analitical studies in agricultural geography even when dealing with one commodity, have nearly always been concern with particular areas. (AGIP1954: 260)




Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besarnya, Sandy mengemukakan bahwa: Geografi itu adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang mukabumi. (Sandy, 1988: 6)
Sebuah buku geografi lain yang dipublikasikan masa kini (e-book) juga nampak masih mengamini pemikiran-pemikiran geograf pertengahan abad lalu itu seperti:

·         Geography is the study of the distributions and interrelationships of earth phenomena. Geographers describe their discipline as a spatial science. That is, geographers are concerned with answering questions about how and why earth phenomena vary across the Earth. For instance, geographers investigate patterns of vegetation as they relate to distributions of climate, soils and topography.

PERFORMA GURU GEOGRAFI YANG DIHARAPKAN

Selain kompetensi sosial dan kompetensi kepribadiannya baik, guru geografi yang ideal adalah guru geografi yang bisa mengajar geografi. Undang-undang No. 20/2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan untuk melalui pendidikan, kita mengantarkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya, terdidik lengkap, terasah penalaran-etika-estetikanya secara baik, bermoral dan berkarakter kuat, mampu berpikir orisinil kreatif untuk menjadi Warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan dipandang sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik (lihat pasal 3 UU No. 20/2003).
Terminologi pengajaran sudah lama diganti pembelajaran yang bermakna lebih luas memberikan peran kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran geografi, strategi untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya berangkat dan berawal dari keutuhan konsep (yang dikuasai guru) yang diturunkan pada materi pembelajaran dalam kemasan yang menarik. Kalimat sederhananya adalah guru geografi menguasai substansi pembelajaran geografi dan mampu membelajarkan geografi.
Seperti diketahui spatial inteligence; di samping linguistic intelligence, logical-mathematical intelligence, bodily-kinesthetic intelligence, musical intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, naturalist intelligence yang diinternalisasikan melalui pembelajaran matematika, fisika, kimia, musik dan pelajaran seni lainnya, olahraga, budi pekerti; ikut membangun dan mengembangkan peserta didik ke arah manusia yang terdidik lengkap. (Sandy, 1988., Armstrong, 1994).
Pada workshop Program Pendidikan Profesi Guru (Program PPG) di Jakarta 5- 8 Nopember 2010 dalam kelompok mata pelajaran geografi, wacana revitalisasi aspek konten atau isi-substansi geografi menjadi rasanan beberapa peserta workshop yang saat itu menggarap penyusunan kurikulum dan sistem pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran PPG, perangkat RPP dan PPL dan sebagainya. Kesadaran pentingnya aspek bahan ajar ini mengemuka antara lain karena banyak dijumpainya konsep yang keliru pada buku ajar yang ada. Jadi pembekalan substansi bidang studi pada Program Studi P. Geografi (sekolah guru geografi) adalah awal upaya penguasaan kompetensi profesional yang harus digulawentah lebih serius.
Substansi pembelajaran geografi yang tertuang dalam SK/ KD seharusnya mengacu atau menginduk kepada cabang-cabang ilmu geografi.
Substansi geografi memang dapat overlap dengan bidang ilmu lain. Konsep- konsep di Soil Geography overlap dengan konsep-konsep di Pedology, ......ada overlap konsep-konsep Botany dan Zoology dengan konsep-konsep Biogeography, ada overlap konsep- konsep Demography dengan konsep- konsep Population Geography. Yang membedakan adalah (dan ini merupakan identitas geografi) sudut pandang spasial. Geografi menelaah semua substansinya dari sudut pandang spasial. Geografi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi memiliki kemiripan substansi, yang membedakan adalah geografi ekonomi menelaah substansi itu dari pandangan spasial (Chislom, 1970). Demikian pula geografi tumbuhan (phythogeography) dan botani, geografi transportasi dan ilmu transportasi serta menejemen transportasi (James and Jones, 1967). Pandangan spasial inilah yang mengharuskan penggunaan peta sebagai visualisasi hasil kajiannya. Peta tersebut adalah peta geografi (Lihat peta geografi: www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id).
Maka pembelajaran geografi menggunakan peta geografi sebagai media utama untuk sosialisasi konsep spasial, apapun bahan ajarnya (amanah SK/ KD). Tetapi di sekolah saat ini guru geografi hanya membelajarkan peta sebagai pengetahuan.  

UPAYA MENYEMAI KEMAMPUAN BERFIKIR SPASIAL
Kerja Geografi adalah menarik garis atas kesamaan karakteristik objek, fenomena, potensi, masalah, pada ruang mukabumi atau model visualnya (peta atau citra) menjadi region geografik atau wilayah geografik. Harold M. Mayer mengemukakan: Although every places is unique, there are many attributes that, individualy and in combination, characterize groups of places. Geographers are concerned not only with unique characteristics of places but also with those that they have in common. In order to measure the common characteristics of places as well as their differences, it is necessary to develop classifications of places. This process, regionalization, is analogous to the taxonomic schemes in other disciplines, in which phenomena are grouped in accordance with threir relative similarities (Frazier, 1982:27).
Menggunakan Informasi Geospasial Dasar (Pasal 1: 5) yang terekam dalam peta RBI (Pasal 1: 12) sejak semester 2 mahasiswa dilatih menarik garis (proses regionalisasi) menghasilkan wilayah aliran sungai (DAS), wilayah lereng, wilayah ketinggian, wilayah konfigurasi mukabumi (morfologi), wilayah penggunaan lahan, dan sebagainya dan seterusnya. Kegiatan ini merupakan sebentuk oprasionalisasi Areal likenesses concept; Areal differences; Areal uniquenes concept; Regional concept. Analisis arragemen wilayah-wilayah geografik dalam sebuah landscape sebagai sebentuk oprasionalisasi Areal distribution concept. Analisis kaitan wilayah geografik dengan wilayah geografik yang lain sebagai sebentuk oprasionalisasi area relationship concept. Latihan yang sama dengan Informasi Geospasial Dasar citra pengeinderaan jauh dilatihkan di semester 6. Kegiatan latihan tersebut ditopang oleh SIG Lanjut (semester 5) dan SIG Terapan (semester 7). Hasil latihan ini adalah peta-peta geografi tema tunggal maupun peta geografi tema jamak (kompleks wilayah) dengan mengacu kaidah-kaidah kartografis merupakan sebentuk aplikasi Round earth on flat paper concept.
Implementasi kegiatan tersebut ada pada kegiatan menyiapkan perangkat pembelajaran geografi pada matakuliah pengajaran mikro (semester 6) seperti akses ke sumber belajar, konstruksi media pembelajaran, konstruksi evaluasi pembelajaran, menyusun bahan ajar untuk SMP dan SMA beserta kerangka konsepnya.
Implementasi berikutnya ada pada kegiatan menulis tugas akhir seperti diilustrasikan pada abstrak skripsi berikut:

Abstrak Skripsi Abidin: Alenia ke- 2
Abidin Dwi Sulistiyono. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAS GRINDULU HULU KABUPATEN PACITAN DAN PONOROGO TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ................................ dst.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan satuan lahan sebagai satuan analisisnya. Satuan lahan diartikan sebagai ruang mukabumi yang dipetakan berdasar karakteristik lahan tertentu. Dalam penelitian ini, satuan lahan diperoleh dari tumpang susun antara Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Geologi dan Peta Penggunaan Lahan. Populasi terdiri dari 44 satuan lahan, sampel diambil dengan teknik sampel wilayah (area sampling) dengan jumlah 20 sampel yang tersebar di DAS Grindulu hulu. Teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara dan analisis laboratorium. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman jagung dengan kualitas dan karakteristik lahan sehingga menghasilkan Peta Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung. Data produksi jagung yang diperoleh dari wawancara dengan penduduk pada satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan jagung, data ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui produktivitas lahan di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga menghasilkan Peta Produktivitas untuk Tanaman Jagung. Dari hasil penelitian ini dikemukakan saran berupa Peta Pengelolaan Lahan Tanaman Jagung.
Alinea ke- 3 dst.


Abstrak skripsi Yaskinul: Alenia ke- 2
Yaskinul Anwar. ALIH FUNGSI LAHAN DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 – 2011. Skripsi, Surakarta: Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret, Maret 2012.
Tujuan penelitian ................................ dst.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan wilayah struktur ruang kota sebagai satuan analisisnya. Variabel penelitian berupa, 1) penggunaan lahan tahun 2004, 2006, 2008, 2011, 2) gaya grafitasi, 3) aksesbilitas lahan, 4) utilitas umum, direpresentasikan dalam bentuk Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004, 2006, 2008, dan 2011, Peta Gaya Grafitasi, Peta Aksesbilitas Lahan dan Peta Utilitas Umum. Teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis untuk mengetahui alih fungsi lahan dan hubungan alih fungsi lahan dengan faktor - faktornya, menggunakan analisis  overlay data penggunaan lahan pada setiap periode sehingga menghasilkan Peta Alih Fungsi Lahan tahun (2004 – 2006, 2006 – 2008, 2008 - 2011), Peta Pola Alih Fungsi Lahan Tahun 2004 – 2011, Peta Hubungan Aksesbilitas Lahan dengan Alih Fungsi Lahan, Peta Hubungan Utilitas Umum dengan Alih Fungsi Lahan. dari hasil penelitian dikemukakan saran yang dipresentasikan dalam bentuk peta rekomendasi yaitu Peta Saran Aksesbiltas dan Utilitas Umum.
Alinea ke- 3 dst.

CATATAN PENUTUP
  • Pemahaman konsep spasial sebagai identitas ilmu geografi harus adalah kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa untuk bekal menjadi guru geografi profesional. Dengan demikian ia akan mampu (melalui bahan ajar yang disampaikan) membekali peserta didik (pada tingkat satuan pendidikan) kemampuan berfikir spasial.
  • Dengan kemampuan berfikir spasial, insan terdidik kita,  memahami variasi objek, fenomena, potensi, masalah yang ada di ruang mukabumi beserta atribut, karakter dan warna wataknya. Kedalamannya bergantung kepada jenjang apa ia menyelesaikan pendidikannya. Ujung dari pemahaman ini ia akan memiliki sikap dan perilaku yang dapat diharapkan mampu memperlakukan, memanfaatkan, merawat dan menjadi pemelihara mukabumi sebagai pengemban amanah wakilnya Al-Wakiil/ Sang Pemelihara. (QS. Ar- Rahman: 1- 12)
  • Pembelajaran geografi menggunakan peta sebagai media utama dalam upaya internalisasi konsep-konsep geografi oleh guru kepada siswa.
  • Implementasi penggunaan peta sebagai media pembelajaran sepatutnya-lah memperhatikan tingkatan pendidikan siswa dan hal ini menyangkut desain simbol.
  • Kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh pula dalam bidang teknologi informasi geospasial ibarat rahmat (blessing) yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk penyiapan peta geografi, termasuk akses ke sumber informasi geospasial.
  • Cukup merepotkan guru geografi di sekolah adalah kenyataan bahwa kurikulum dan buku ajar kurang mendukung. Dari segi kurikulum nampak bahwa beberapa indikator (turunan SK dan KD) masih di luar pagar esensi atau filosofi geografi. Hal ini kiranya perlu perhatian serius organisasi profesi geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Edward A. 1958. Geography As A Fundamental Research Dicipline. Research Peper No. 53.  Chicago- Illinois : Department of Geography The University Of Chicago.
Anwar, Yaskinul. 2012. Alih Fungsi Lahan Di Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011. Skripsi. Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret. (Tidak diterbitkan)
Armstrong, Thomas. 1994. Multiple Intellegences in the Classroom. Virginia : Ass.for Supervision and Curriculum Development.
Frazier, John W (ed.). 1982. Applied Geography Selected Perspectives. Englewood Cliffs, N.J. 07632: Prentice-Hall, Inc
James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed). 1954. American Geography Inventory & Prospect. Publish for the Associations of American Geographers: Syracuse University Press
Sandy, I Made. 1988. GEOGRAFI Perkembangannya di Indonesia dan Pelajaran Geografi di Sekolah Lanjutan. Pidato Pengukuhan Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa Mata Pelajaran Geografi Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta. 30 Maret 1988
Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi. IKIP Semarang bekerja dengan IGI. Semarang 12-13 April 1988.
Sulistiyono, Abidin Dwi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Tanaman Jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009. Skripsi. Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret. (Tidak diterbitkan)
The Ad Hoc Commite on Geography- Earth Sciences Division. 1958. Publication 1277. Washington DC: National Academy On Sciences- National Research Council. The Sciences of Geography.