curahan isi hati SEORANG penulis yang kritis, humoris, kadang tak berlogika, tak jarang juga tak waras tapi tetap cinta damai :)
Senin, 26 November 2012
Kamis, 21 Juni 2012
standar kompetensi guru
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan
kebutuhan primer manusia demi melanjutkan hidup yang berkualitas. Dalam
pembelajaran ada aksi dan reaksi atau timbal balik oleh pendidik dan peserta
didik. Interaksi yang dibangun di dalam pembelajaran adalah interaksi dalam
penyampaian informasi edukatif yang bersifat kausal. Informasi edukatif tidak
sekedar penyampaian materi, melainkan merubah perilaku berdasarkan pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Syarat minimal sebuah pembelajaran
dilaksanakan adalah ada pendidik (guru), peserta didik dan materi pembelajaran.
Guru merupakan jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus untuk
melakukankegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara
dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi
guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalabi sebagai guru profesional yang
harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendiikan tertentu.
Jika dalam pembelajaran
tidak disertai kerjasama antara guru dan murid, maka pembelajaran sulit
mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran, bukan sekedar untuk memenuhi indikator
yang tercantum dalam perangkat pembelajaran, melainkan juga untuk memberikan
makna serta mengaplikasikan ilmu, pengetahuan yang didapatkan supaya
bermanfaat. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran
dan tujuan laten pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu
mengaktualisasikan kompetensinya di dalam pembelajaran bersama dengan peserta
didik dan fasilitas penunjang supaya lahir pembelajaran yang mencerdaskan,
berkarakter dan cakap menanggapi masalah.
Jika ditanya tentang tugas guru yang
utama, jawabnya adalah mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang
memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik,
tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan
manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan
sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan
sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja.
Mengajar pada prinsipnya membimbing
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik
yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan
belajar-mengajar.
Akan tetapi, guru yang bisa mengajar
belum dapat dikatakan sebagai guru profesional. Guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang tidak
terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalamn yang kaya di
bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan
formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di
dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan
seperti yang tercantum dalam kompetensi guru yang profesional.
Seorang guru yang
profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
yaitu :
1.
Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
1.1
Konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar;
1.2
Materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah;
1.3
Hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait;
1.4
Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari; dan
1.5
Kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
2.
Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan
kemampuan kepribadian yang:
2.1
Mantab
2.2
Stabil;
2.3
Dewasa;
2.4
Arif dan bijaksana;
2.5
Berwibawa;
2.6
Berakhlak mulia;
2.7
menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat;
2.8
mengevaluasi kinerja sendiri; dan
2.9
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3.
Kompetensi profesional, yaitu merupakan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi:
3.1
konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar;
3.2
Materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah;
3.3
Hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait;
3.4
Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari; dan
3.5
Kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
4.
Kompetensi sosial yaitu merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk :
4.1
Berkomunikasi lisan dan tulisan;
4.2
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional;
4.3
Bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan
4.4
Bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.
SERTIFIKASI
PENDIDIK KEPADA GURU/DOSEN PROFESIONAL
Guru dan dosen adalah pemeran
utama dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berkarakter dan
manusiawi. Maka dari itu, sangat dibutuhkan guru profesional dan bermartabat
sehingga generasi penerus bangsa menjadi insan yang cerdas, kreatif, inovatif,
aktif dan berakhlak. Kompetensi keguruan yang terjamin diharapkan dapat
memberikan asupan nutrisi pendidikan yang cukup membekali peserta didik hingga
pada akhirnya impian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan lagi sekedar
angan-angan semata. Untuk meningkatkan kuantitas pendidik yang berkompeten, berkualitas
dan bermartabat membutuhkan dukungan dari banyak pihak, terutama oleh
pemerintah.Selain guru itu sendiri yang harus memiliki motivasi untuk membangun
pendidikan yang berkarakter kuat dan cerdas, pemerintah juga ikut andil dalam
mendukung gerak guru mencapai tujuan dalam dunia pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa untuk melahirkan guru yang berkualitas, membutuhkan dana yang
tidak sedikit demi mengembangkan ilmu, pengetahuan dan wawasan untuk
dikembangkan bersama peserta didik.
Salah satu langkah yang telah ditempuh oleh
pemerintah adalah adanya sertifikasi pendidik di Indonesia bagi guru yang
berkompeten, berkualitas dan bermartabat. Sertifikasi pendidik merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di
sekolah menjadi berkualitas. Sertifikasi pendidik melalui uji kompetensi
memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio
guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi pendidik. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal
lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai
kompetensi guru.
Peningkatan program lain yaitu; peningkatan
kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan
karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan,
dan perlindungan guru. Sudah tersiar beberapa waktu hingga menjadi topik hangat
baik di instansi pendidikan maupun masyarakat umum, bahwa sertifikasi pendidik
merupakan keseriusan pemerintah dalam menanggapi keluh kesah guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang kesejahteraannya dikesampingkan.
Dari program-program
peningkatan profesionalisme guru tersebut akan mengantarkan guru memiliki
kesejahteraan yang terjamin. Pertanyaannya adalah “Adakah perbedaan antara guru yang tersertifikasi dan yang tidak
tersertifikasi?
Sertifikasi pendidik
adalah upaya pemerintah yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas
guru supaya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan nasional. Guru dan
dosen yang lolos sertifikasi memiliki konsekwensi dari didapatkannya tunjangan
yang cukup besar karena sertifikasi tidak semata-mata hanya untuk kesejahteraan
guru. Melainkan sertifikasi harus menghasilkan buah baik oleh pendidik dan
diimbaskan pada peserta didik melalui berbagai cara, seperti meningkatkan skill mengajar, menambah alat penunjang
pengajaran secara pribadi (contoh: laptop, media pembelajaran, dll) atau
meningkatkan kinerja di kelas.
Kenyataan di lapangan
ternyata belum sebanding dengan harapan pemerintah untuk memajukan pendidikan. Meski
pemerintah selain terus menambah jumlah guru juga meningkatkan kualitasnya. Tetapi
hasil di dunia pendidikan yang nyata kurang memberikan dampak maksimal.
Buktinya adalah masih banyaknya kasus kekerasan di sekolah, tawuran, hamil di
luar nikah dan lain sebagainya. Walaupun tidak seutuhnya tugas guru untuk
mengawasi peserta didiknya, lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan,
namun sekolah (guru terutama) seharusnya menjadi sosok yang ‘digugu lan ditiru’.
Jika seorang guru sudah
tersertifikasi, tentunya harus ada evaluasi yang menggunakan dindikator sebagai
guru profesional. Selain memenuhi kompetensinya sebagai guru, ia juga harus
melaksanakan kewajibannya dalam administrasi pendidikan, seperti perangkat
pembelajaran, mengikuti DIKLAT, musyawarah guru, dan kegiatan-kegiatan lain
yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh sebab itu, perlu
adanya evaluasi lagi dengan maksud untuk menjaga profesionalismenya. Evaluasi
ini harus dilakukan secara berkala.
Guru yang dikatakan
profesional dengan mengantongi sertifikasi pendidik harus membawa keberhasilan
bagi peserta didiknya, seperti membawa peserta didik dalam perlombaan,
menjuarai even-even pendidikan, meningkatkan nilai tes/ujian dan lain-lain.
Tetapi faktanya, dedikasi yang diberikan guru kepada peserta didik tidak lebih
dari penyalur ilmu, bukan sukarelawan yang mau mengembangkan ilmu pengetahuan
seluas-luasnya. Alasannya, beban mengajar dan kesibukan di luar pembelajaran
telah menyita waktu untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Adanya sertifikasi
pendidik tidak akan menyebabkan kecemburuan sosial jika masyarakat ikut
merasakan manfaatnya. Sebagai contoh, guru yang telah memiliki tunjangan
sertifikasi mampu membuat anak didiknya mendapat nilai tinggi dan merubah
kepribadian yang buruk menjadi lebih baik, maka orangtua pasti akan
berterimakasih atas kepekaan pendidik. Oleh sebab itu, seharusnya antara
kenyataan dan harapan dari kegiatan pembelajaran oleh guru tersertifikasi harus
menunjukkan keharmonisan. Guru tidak selalu memberikan pembelajaran yang
konvensional, melainkan harus mendongkrak pembelajaran yang mengajak siswa
untuk aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari (aplikatif).
Pemerintah yang telah
membuka pintu bagi guru-guru harus diimbangi dengan langkah yang signifikan
menuju pendidikan nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi guru
profesional dan tersertifikasi sebaiknya membuktikan dengan aksinya sebagai guru
profesional. Sehingga bukan dicap sebagai pemakan gaji buta yang tidak berbeda
dengan koruptor. Dengan diadakannya evaluasi berkala, pemerintah dapat
mendeteksi dan mengidentifikasi guru-guru profesional dan tidak profesional
atau yang pantas disertifikasi dan tidak pantas mendapat sertifikasi. Segala
upaya, termasuk sertifikasi pendidik, bertujuan untuk menghidupkan bangsa dan
negara yang berkualitas. Maka, dibutuhkan partisipasi bagi seluruh bangsa untuk
mendukung langkah-langkah dan program-program peduli pendidikan selanjutnya,
tidak sekedar menganggap bahwa sertifikasi pendidik merupakan tindakan yang
tidak berguna dan sebagainya. Melainkan ikut mendukung, mengawasi dan
mengevaluasi kinerja guru demi terlaksanakannya negara Indonesia yang maju di segala
bidang. Semestinya targetnya adalah adanya peningkatan kualitas, karena
sertifikasi dilaksanakan berangkat dari kesadaran bersama untuk menyelesaikan
permasalahan pendidikan.
PENUTUP
Tuntutan meningkatkan kualitas guru yang profesional lagi
hangat dibicarakan dan diupayakan oleh pemerintah sekarang. Guru profesional
bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan
dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas.Tugas
seorang tenaga pendidik profesional meliputi tiga bidang utama, yaitu di bidang
profesi, kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tentu saja seluruh bangsa yang membutuhkan pendidikan tanpa
terkecuali selalu berharap agar pemerintah
tidak mubazir mengeluarkan dana yang cukup besar demi peningkatan profesi dan kesejahteraan guru. Tenaga pendidik juga
benar-benar konsentrasi dalam menyiapkan perangkat administrasi pembelajaran
maupun melaksanakan pembelajaran itu sendiri. Sehingga, guru benar-benar dapat
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Sehingga tidak sampai masyarakat luas memberikan anggapan bahwa guru
tersertifikasi sama saja dengan guru tidak tersertifikasi, pembedanya hanyalah
ceceran rupiah pada guru/dosen yang dianggap
profesional.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahmat Djatun. 1990. Dasar Kependidikan. FKIP UNS: Surakarta
Sri Anitah. 2009. Teknologi Pembelajaran. Inti Media Surakarta: Surakarta
Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo M. Si (Rektor UNNES).
Artikel : Sertifikasi
pendidik Mesti Dibenahi.
http://priangan20.com/pendidikan/162-sertifikasi-guru-mesti-dibenahi.html
Rabu, 13 Juni 2012
KKL 2 ~ HAPPY ENDING
aku lagi nggak pengen cerita pakai banyak kata dan kalimat deh..
jadi aku gambarin lewat foto aja yaa :))
berhubung hati juga lg nggak ada semangat nih *kasian
check it out !!
nahhhh, kkl2 kali ini diadain di DAS Biru kecamatan Purwantoro n Bulukerto, Wonogiri
Ini dosen geomorfologi, namanya Pak Setya Nugraha
Ini ketua KKL2 YOGA PRISMANANTA :D
itu aku sampai ke tebing di semak belukar -________- ngeri waktu turun booo
bareng anak2 yang abis pulang nyumbang :D~ poto disik dikkk gen dho ketok ganteng xD
perjalanan menuju berbagai satuan lahan.. *ini habis kesasar hahaha*
ada Benny, Aku, Rudi n yg dibelakang itu Ganteng namanyaaaaa (nggak kelihatan sayangnya kegantengannya)
Melet dulu biar hitam dan lusuh *huftt =3=
malemnya kita adain rekapitulasi data n uji kimia tanah
kalau yang ini untuk ukur pH, pakai KCl
ini aku, lili n erwin : penelitian kita nggak cuman di sawah n semak belukar aja, tp sungai :)
anak2 geografi 09.. bahagianyaaa mau penelitian hari terakhir :p pelepasan bareng Pak Polo Bulukerto
ini waktu wawancara tentang Konservasi Lingkungan Hidup n Keluarga Berencana
nunggu jemputan pakai JET :p truk maksudnyaaaa
ini dia jet'nyaaa ! :D
dan aku tetep semangat jadi anak geografi meneliti pelosok DAS Biru sekalipun !!!
DAN SEKARANG LAGI SIBUK NYUSUN LAPORAN SERTA PERSIAPAN UJIAN KKL 2
DOAKAN YAAAAA :*
DAN SEKARANG LAGI SIBUK NYUSUN LAPORAN SERTA PERSIAPAN UJIAN KKL 2
DOAKAN YAAAAA :*
Rabu, 25 April 2012
classroom climate
tugas dari Prof. Haris - Strategi Belajar Mengajar - FKIP UNS/P.geografi (2010)
Article
How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become
Successful Learners
Creating
a successful classroom climate is one of the most important classroom
management strategies teachers need to get right.
If
your classroom climate is to be successful it has to be positive and motivate
your students to want to be successful. As with many aspects of classroom
management, the most important factor in creating a positive classroom
environment is the teacher, and this is where the process must start.
The
climate in the classroom is of course more than the physical classroom
environment. It is a process that builds the psychological framework for all
activitiy that happens in the classroom. The classroom climate is not just
about motivation and student well being, it is a major ingredient of the
context for successful learning. Real learning cannot take place in a negative
classroom climate, in the same way that plants will not grow if the soil is not
right.
If, however,
the teacher gets the classroom climate right, the evidence suggests that
students do learn more effectively and their achievement does increase, partly
because they respond better to their classroom environment and in particular
they respond better to their teacher.
How can
teachers create a positive classroom climate?
It seems that
three particular features are present in all successful classrooms. The first
key factor is the quality of the relationships, in other words how much
everyone helps and supports each other. The relationship between teacher and
students is clearly important but relationships between students is equally
important in ensuring a successful classroom climate.
The second key
feature is the personal development of students, and how easy we make it
for them to grow as learners and fulfil their potential.
The third key
factor is the smooth running of the classroom, characterised by an
orderly environment where teacher expectations and standards of personal
behaviour and achievement are high and clearly understood by everyone.
Over the years
I have been privileged to observe dozens of my colleagues in their classrooms,
and what has often struck me is the interdependence of all the factors that
make up a successful classroom climate. The three broad pillars mentioned above
are solidly present in successful classrooms but the components of good
relationships, student personal development and the smooth running of the
classroom are not discrete entities, but rather fluid elements skilfully
managed by good teachers and brought together to make a warm, positive and
successful classroom environment.
I also believe
that, although some teachers have a personality type that makes it easier for
them than for other teachers to establish a successful classroom climate, all
teachers can learn the skills and classroom management strategies they need to
build the right climate in their classroom.
What are the
common strategies that successful teachers use to build a positive classroom
climate?
1. They
create a warm classroom environment
Research studies seem to suggest
that students respond best to teachers who are at the warm end of the spectrum
in terms of how they relate to their students. In other words, teachers who are
approachable, friendly, helpful and supportive and who can control the class
and impose themselves without appearing too strict or overbearing.
The opposite side of this coin is
that students seem to respond less well to teachers who are inconsistent,
uncertain and who tend to criticise students frequently and draw attention to
students' shortcomings. The key finding here is not just how well or badly
students relate to their teachers' relative warmth or lack of it, but that the quality
of learning outcomes is affected by how warm and approachable students
perceive their teachers to be.
When teachers make it clear to
students that they are concerned about their students' emotional needs, as well
as their curriculum and learning needs, students seem to participate better in
class, and in particular seem more prepared to ask for help when they are in
difficulty. Research shows that it's often the least able students, who have
the most need of help, who feel least able to ask for help, if they sense that
their teacher is unaware of their emotional needs. The result is their need
goes unanswered.
The steps teachers can take to
create a warm supportive classroom climate include:
·
show understanding and openness so students
feel confident to speak openly about their needs and to talk about problems, in
an atmosphere that is not confrontational
·
be friendly and let students see the teacher
sees them as people and values them as individuals - students need to feel they
can trust the teacher before they'll open up about difficulties they may have,
either personal problems or problems with understanding the learning
·
help students by making it clear that it's
acceptable to make mistakes when learning, in fact making mistakes is important
for true learning to take place. One of the posters in my classroom that I
refer to often with students says 'The only dumb question is the one you don't
ask'
·
be principled by making sure you treat students
fairly and justly, that you can tell the difference between the person and the
behaviour they may display, and that you impose classroom discipline
appropriately, not just because you can
2. They are
enthusiastic
Another classroom management
strategy that promotes a positive classroom climate is enthusiasm on the part
of the teacher. The research shows that teachers who consistently send positive
messages about the subject being studied do have an influence on how students
respond, by motivating students more than teachers who are less enthusiastic.
Students never get inspired by teachers who are not enthusiastic.
Of course, in real life, it's not
possible to be enthusiastic all day every day, but at the very least we can
avoid sending obvious messages to our students that we are unenthusiastic, and,
in particular, we should avoid telling our students that we're only covering a
topic because it's on the syllabus, especially if we also send the message,
however subtly, that we think the topic is too difficult for the students.
Instead we can try to focus on a particular angle that will show our students
how they can gain a particular learning benefit from the topic in question.
Enthusiastic teachers often come
across as confident specialists who really enjoy teaching their subject and can
'wrap up' the learning in many different ways to make it interesting and
accessible to all learners.
3. They have
high expectations
One of the most consistent research
findings is the effect on student performance of teacher expectations. In
short, students do better when they believe their teachers expect them to do
well. By contrast, students who think their teacher does not have high
expectations of them, are caught in a self fulfilling prophecy and tend do less
well.
Teachers often communicate their own
perceptions in subtle ways, and perhaps unintentionally. It is easy, for
example, to believe we are praising students, but actually be undermining them
by saying things such as: 'Well done, I was surprised how good your answer
was.' The subliminal message picked up by students here is that the teacher
perception actually is that these students are of low ability .
Sometimes there are other, possibly
unintentional, behaviours that students interpret as negative perceptions. For
example, it's easy for a teacher to ask more questions to students they
perceive as being more able, and in so doing create fewer opportunities for
students who are seen as not so able.
In the same way, low teacher
expectations may result in some students being asked only to answer low order
questions, which do not take learning forward in a meaningful way.
The real danger of basing teacher
expectations on mistaken perceptions is that students realise what's going on
and start to internalise these perceptions, with the result that everyone in
the class starts to behave in ways the teacher expects them to behave. This can
lead to a very positive cycle for those 'high expectation' students, who may
become high achievers. The opposite is also true for the 'low expectation'
students who sink further and further down their negative cycle. As principled
educators we can't accept this kind of 'collateral damage'.
Teachers with high expecatations of
students seem to have these things in common:
·
they pay very close attention to the progress their
students are making, and check against objective data that their perceptions or
'gut feelings' about students are backed up by facts, and so avoid acting on
mistaken perceptions of students' abilities
·
they take great care not to communicate low
expectations: students may have limited abilities, but teachers need to
communicate their faith that students will do the best they can within the
limits of their abilities
·
make sure students get useful feedback on their
progress, feedback that is honest but constructive and focused on continuous
improvement, it's the 'I wan't you to show me how well you can do' approach,
not the 'This is what you've shown me you can't do' approach
·
take great care about how they ask questions in class
- they ask high order questions, usually involving open questions
[What/Where/When/ Why/How [particularly How], that encourage deep rather than
superficial answers. These questions are sometimes called 'fat questions', and
teachers need to allow students enough time to construct well thought out
answers
·
they emphasise good presentation of student work as
much as the content, and, crucially, expect all students to meet these high
presentation demands, because they expect all students will take a real pride
in their work
Good teachers know how important it
is to build and maintain a classroom climate that is positive and supportive,
and are proactive in their aproach because they want to take as much
responsibility as they can for creating a classroom environment that:
1.
promotes good quality of life for learners and
teachers
2.
helps to deliver a curriculum that promotes social and
emotional learning as well as academic learning
3.
helps teachers to be effective with a wide range of
students
4.
stimulates intrinsic motivation for teaching and
learning
source : classroom-management-success.org
Relevansi dengan matakuliah SBM:
Dari artikel yang berjudul “How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become
Successful Learners”, ditemukan banyak hal yang berkaitan dengan pemahaman
matakuliah Strategi Belajar Mengajar yang dapat membantu mahasiswa untuk
menjadi calon guru efektif.
Pokok pembahasan dalam artikel tersebut adalah arti
penting membangun kelas dengan suasana yang baik sehingga mampu mendukung
kesuksesan kegiatan belajar-mengajar. Kalimat pertama tertulis “Creating a successful classroom climate is one of
the most important classroom management strategies teachers need to get right”, menciptakan iklim kelas yang sempurna merupakan
salah satu hak guru yang terpenting dalam strategi belajar-mengajar.
Matakuliah Strategi Belajar memiliki fungsi laten,
yaitu melahirkan seorang
guru efektif yang mampu membangun suasana kelas kondusif dan melakukan
pengajaran secara efektif sehingga anak didiknya mendapat hasil belajar yang
baik. Oleh sebab itu, artikel tersebut sangat membantu dalam proses belajar
menjadi guru efektif yang pintar dalam menyesuaikan diri, mampu memperkenalkan
hal baru dan dapat mengubah lingkungan
kelas supaya kelas yang ia diami menjadi hangat dan nyaman.
Guru adalah kunci utama dalam menciptakan suasana
ke arah positif maupun negatif. Iklim kelas yang baik akan membantu proses
belajar-mengajar menjadi lancar atau sebaliknya. Guru diharapkan mampu
memberikan rangsangan positif dan menciptakan iklim yang mendukung anak didik
mendapatkan hasil belajar memuaskan. Faktor utama bagi guru dalam membangun iklim
kelas yang baik, adalah Relationships
(hubungan), personal development
(perkembangan individu) dan smooth running (kelancaran). Hubungan
yang baik antara guru dengan anak didik sangat perlu dibangun. Guru yang ramah
akan mengundang antusiasme dari murid untuk mengikuti pelajarannya sehingga mereka
memiliki kesempatan mengikuti pelajaran dengan nyaman dan menyenangkan. Selain
itu, penting adanya personal development
pada anak didik, karena kesuksesan kelas juga ditentukan oleh kualitas
masing-masing siswa. Oleh sebab itu, hal ini juga harus diperhatikan oleh
seorang guru efektif. Kelancaran kelas terlihat dari kondusif/tidaknya dan
teratur/tidaknya kegiatan belajar-mengajar sehingga peran guru sangat besar
dalam mewujudkan faktor ini, yaitu menegakkan peraturan dan pendekatan yang
tepat dalam mengatur situasi kondisi kelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menciptakan iklim
yang baik merupakan salah satu materi penting dalam strategi belajar mengajar
karena memiliki banyak manfaat. Terciptanya iklim kelas yang baik akan
merangsang hubungan yang baik oleh siswa dan guru. Hal ini memudahkan guru
untuk menyampaikan materi, ilmu pengetahuan dan wawasan yang diperlukan oleh
siswa. Hubungan yang baik dan materi yang mudah tertanam menyebabkan anak didik
mencintai pelajaran yang dibawakan oleh guru tersebut. Jika perhatian dan rasa
ingin tahu anak didik mampu diambil oleh seorang guru, maka kelas pun akan
kondusif sehingga proses belajar mengajar lancar. Semua itu akan merujuk pada
keberhasilan anak didik mendapatkan hasil belajar yang maksimal, yaitu
keberhasilan siswa dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Langganan:
Postingan (Atom)