TENTANG GEOGRAFI DARI OEMAR BAKRIE NYA GEOGRAFI UNS
MENYEMAI KEMAMPUAN BERFIKIR SPASIAL (spatial thingking skill)
Makalah disampaikan
dalam Seminar Nasional Geospasial Day
Di FKIP Uiversitas
Sebelas Maret Surakarta
Tanggal 22 Maret 2012
Oleh:
Partoso Hadi
Staff pengajar Prodi P.
Geografi
FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta
e-mail:
HP. 082137687755
Abstrak
Program Studi Pendidikan
Geografi hakekatnya sekolah guru untuk menghasilkan guru geografi dengan
kompetensi profesional bercirikan spatial
thinking skill yang dibangun dari substansi yang demikian luas. Setiap
telaah substansial (litosfer,atmosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer) adalah
sebentuk ladang penyemaian spatial
thinking skill. Mempelajari substansinya sendiri menjadi beban mahasiswa
sebab harus mengambil semua pelajaran cabang geografi manakala kedalaman
penguasaan bidang ilmu harus mendalam/ kaffah. Tidak ada penjurusan pada
sekolah guru di perguruan tinggi, sementara di sekolah menengah tidak dibedakan
juga bahan ajar dari sumber geografi fisik, geografi manusia dan geografi
budaya. Upaya penyemaian dan kemudian pemupukannya, berujung pada (semacam)
capita selecta Pengajaran Mikro-PPL dan Metode Penelitian Geografi-Penyusunan
Skripsi.
PENDAHULUAN
Tema
Menyemai Kemampuan Berfikir Spasial dikemukakan dalam seminar ini dilatar
belakangi oleh pertanyaan seorang mahasiswa pendidikan Geografi FKIP UNS yang
mempertanyakan identitas peta geografi (dalam forum matakuliah Metodologi
Penelitian Geografi di semester VI/ Genap Pebruari-Juli 2012, dua minggu yang
lalu). Jika fenomena ini dipandang mewakili mahasiswa Pendidikan Geografi pada umumnya, maka boleh diduga bahwa
pemahaman mengenai konsep spasial beserta implementasi oprasionalnya belum
dikuasai oleh mahasiswa.
Mahasiswa
pendidikan geografi yang kelak akan menjadi guru professional di bidang
geografi di tingkat pendidikan dasar (SMP/ MTs) dan sekolah menengah (SMA/
Aliyah) seharusnya sudah memiliki ketrampilan berfikir spasial (spatial thinking skill) sebagai bekal kompetensi
profesional dan kompetensi pedagogis untuk mengemban amanah sebagai guru geografi.
Upaya
menyemai kemampuan spasial ini hanya sebentuk refleksi apa yang dilakukan dan
ideal yang didambakan staf pengajar Prodi P. Geografi FKIP Universitas Sebelas
Maret.
PERFORMA GURU GEOGRAFI
Konon
banyak keluhan tentang pembelajaran geografi di sekolah menengah: tidak menarik
perhatian peserta didik, membosankan, lebih berujung ke hafalan...kurang
berbobot, lebih menambah beban...dan sebagainya dan seterusnya. Agaknya
pembelajaran geografi di SMP/ MTs dan SMA/ MA belum sepenuhnya sesuai dengan filosofi atau esensi geografi
sebagai ilmu spasial yang diharapkan memberikan bekal kemampuan berfikir
spasial (spatial thinking skill) dan spatial intelligence kepada peserta
didik.
Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sudah sejak lama menaruh
perhatian kepada pembenahan pembelajaran geografi di sekolah. Melalui dua kali
sarasehan yang digagas oleh mendiang I Made Sandy dan diselenggarakan di
Jakarta oleh Geografi FMIPA UI serta Semiloka di IKIP Semarang pada medio 1988
diidentifikasi akar permasalahannya ada pada kurikulum sekolah dan pada buku
ajar (Semlok IGI di IKIP Semarang, April 1988).
Akar permasalahan tersebut sampai hari ini agaknya belum
banyak berubah. Guru lebih membelajarkan ilmu batuan daripada geomorfologi
geografi (geomorphological geography- Pidato Pengukuhan Guru Besar mendiang
Prof. Drs. Kardono Darmojuwono), lebih mengajarkan ilmu tanah daripada geografi
tanah, lebih mengajarkan ilmu iklim daripada klimatologi regional, lebih
mengajarkan ilmu ekonomi daripada geografi ekonomi, lebih mengajarkan demografi
dan studi kependudukan daripada geografi penduduk dan sebagainya dan
seterusnya. Selain itu juga begitu mudah mencari kesalahan konsep dalam buku
ajar yang digunakan guru dan murid.
Kesepakatan IGI (pada waktu itu) mengamanahkan bahwa pada
bidang apapun ilmu geografi diamalkan termasuk dalam pembelajaran geografi di
sekolah, seharusnya berangkat dari esensi geografi yang baku. Rupa-rupanya
masih perlu optimalisasi pembekalan kompetensi profesional (kuliah: filsafat
ilmu geografi dan cabang-cabang ilmu geografi) dan kompetensi pedagogis (kuliah:
ilmu pembelajaran geografi).
CIRI SPASIAL GEOGRAFI
Geografi bukan ilmu segala macam. Tetapi dari kajian
materi-substansi yang bermacam-macam, telaahnya selalu dari perspektif spasial;
menghasilkan wilayah-wilayah geografik yang mencirikan persamaan obyek,
fenomena, pola, masalah, potensi, yang ada di ruang muka bumi sebagai sebentuk
persamaan (sekaligus perbedaan) obyek, fenomena, pola, masalah, potensi; ruang mukabumi, dipresentasikan- ditampilkan- divisualkan
dalam bentuk peta geografi. Hasil analisis spasial; deskripsi spasial, hubungan
spasial, aura spasial, perbandingan spasial; juga dipresentasikan dalam bentuk peta
geografi yang kerinciannya bergantung kepada skala peta. Materi pembelajaran
geografi di sekolah terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,
sampai antroposfer, seharusnya berbasis perspektif spasial pula. Maka
pembelajaran geografi atas substansi apapun disampaikan menggunakan peta
geografi yang relevan dengan substansinya itu.
Menengok pemikiran Preston E. James & CF Jones, editor American Geography Inventory and
Prospect (AGIP) dan kontributor lainnya, sejak pertengahan dasawarsa limapuluhan abad lalu,
tegas mengemukakan ciri spasial geografi sebagai berikut :
- Today as in the past, geography is concerned with the arrangement of
things on the face of the earth, and with the association of things that
give character to particular places, (AGIP – 1954: 4)
- Almost all scholars who have thought deeply about the nature of geography agree
on the essential unity of the field. Actually, there is just one kind
of geography. (P.E James – Richard Hartshorne –
J.R. Wright – AGIP 1954: 15).
- In geography, the subject of investigation and presentation
is the area differentiation of the face of the earth. Geography focuses on
the similiarities and differences among areas, on the interconnections and
movements between areas, and on the order found in the space at or near
the earth’s surface. ( The Regional Concept etc. AGIP 1954: 21).
- The geographic method of
studying soils requires the identification
of kinds of soils and the mapping
of areal spread of these type. (AGIP, 1954 :383)
- Fitogeografi
Geographers characteristically,
record on maps their observations regarding patterns of distribution, and the maps in turn, are used for the study of areal relation. (AGIP, 1954 : 429-430)
- Economics geography has to do
win similiarities and diferences
from place to place in the ways people make living ... (AGIP,1954:214)
- Marketing Geography
... in studying markets, the
geographer is primarily concerned with where
the markets are. He is interested in the distribution of individual consumers and in the magnitude of actual
potential sales within specific areas.
... in the study of channels of distribution on marketing geographer is
primarily concerned, again, within the location
of these channels.
... The mapping of relevant data
regarding markets and the marketing process is a contribution in it self.
(AGIP, 1954: 245-251)
... Transportation is a measure of
the relations between areas and is therefore an essential aspect of geography
... Geography is concerned with all connections and interractions, including
communication and transportation ... For geographers who view the core of
geography as primarily the analysis of spasial interaction, the study of
transportation and in the boarder sense, of circulation as a whole, is of
crucial importance. (AGIP, 1954:311)
- Historical Geography. Any study of past
geography or of geographical change through time is historical
geography, whether the study be involved with cultural, physical, or
biotic phenomena and however limited it may be in topic or area. (Andrew
H. Clark Chairman on Historical Geography, AGIP – 1954: 71).
- Urban Geography. Geographers are concerned
with the study of cities, because urban centres constitute distinctive
areas. They are the face of the general patterns of settlement;
they are populated to a density rarely encountered in rural areas;
they are the portals through which the spatial interchange of goods and
ideas connects region with region; they dominate the the patterns
of eonomic life.etc. (H.M. Mayer; E.L. UI Iman; Robert E. Dickinson;
Ch.D. Harris; Clyde F. Kohn; Raymond E. Murphy; Victor Roterus-AGIP-1954 :143)
- Agricultural
Geography. Generally speaking, if an American geographer has been concerned with
measures to increase the supply of wheat, he has though first of all in
terms of producing wheat rather than buying it. He has then studied natural
and social conditions in areas devoted to wheat production and, whit that
evidence in hand, has set about discovering other areas in which there
conditions prevail, or could be established, in order to determine where
new supplies of wheat might be obtained. Analitical studies in
agricultural geography even when dealing with one commodity, have nearly
always been concern with particular areas. (AGIP1954: 260)
Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besarnya, Sandy mengemukakan bahwa: Geografi
itu adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan
perbedaan yang ada dalam ruang mukabumi. (Sandy, 1988: 6)
Sebuah buku geografi lain yang dipublikasikan masa kini (e-book) juga nampak masih mengamini pemikiran-pemikiran
geograf pertengahan abad lalu itu seperti:
·
Geography is the study
of the distributions and interrelationships of earth phenomena. Geographers describe their discipline as a spatial
science. That is, geographers are concerned with answering questions about
how and why earth phenomena vary across the Earth. For instance, geographers
investigate patterns of vegetation as they relate to distributions of climate,
soils and topography.
PERFORMA GURU GEOGRAFI YANG DIHARAPKAN
Selain kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadiannya baik, guru geografi yang ideal adalah guru
geografi yang bisa mengajar geografi. Undang-undang No. 20/2003 tentang SISDIKNAS
mengamanatkan untuk melalui pendidikan, kita mengantarkan peserta
didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya, terdidik lengkap, terasah
penalaran-etika-estetikanya secara baik, bermoral dan berkarakter kuat, mampu
berpikir orisinil kreatif untuk menjadi Warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan dipandang sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik (lihat pasal 3 UU No. 20/2003).
Terminologi pengajaran sudah lama diganti pembelajaran
yang bermakna lebih luas memberikan peran kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran geografi, strategi untuk
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan
kreativitasnya berangkat dan berawal dari keutuhan konsep (yang dikuasai guru)
yang diturunkan pada materi pembelajaran dalam kemasan yang menarik. Kalimat sederhananya
adalah guru geografi menguasai substansi pembelajaran geografi dan mampu
membelajarkan geografi.
Seperti diketahui spatial
inteligence; di samping linguistic
intelligence, logical-mathematical
intelligence, bodily-kinesthetic
intelligence, musical intelligence,
interpersonal intelligence, intrapersonal
intelligence, naturalist intelligence
yang diinternalisasikan melalui pembelajaran matematika, fisika, kimia, musik
dan pelajaran seni lainnya, olahraga, budi pekerti; ikut membangun dan
mengembangkan peserta didik ke arah manusia yang terdidik lengkap. (Sandy,
1988., Armstrong, 1994).
Pada workshop Program Pendidikan Profesi Guru (Program
PPG) di Jakarta 5- 8 Nopember 2010 dalam kelompok mata pelajaran geografi,
wacana revitalisasi aspek konten atau isi-substansi geografi menjadi rasanan beberapa peserta workshop yang
saat itu menggarap penyusunan
kurikulum dan sistem pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran PPG,
perangkat RPP dan PPL dan sebagainya. Kesadaran pentingnya aspek bahan ajar ini
mengemuka antara lain karena banyak dijumpainya konsep yang keliru pada buku
ajar yang ada. Jadi pembekalan substansi bidang studi pada Program Studi P. Geografi
(sekolah guru geografi) adalah awal upaya penguasaan kompetensi profesional
yang harus digulawentah lebih serius.
Substansi pembelajaran geografi yang tertuang dalam SK/
KD seharusnya mengacu atau menginduk kepada cabang-cabang ilmu geografi.
Substansi
geografi memang dapat overlap dengan
bidang ilmu lain. Konsep- konsep di Soil
Geography overlap dengan
konsep-konsep di Pedology,
......ada overlap konsep-konsep Botany
dan Zoology dengan konsep-konsep Biogeography, ada overlap konsep- konsep Demography
dengan konsep- konsep Population
Geography. Yang membedakan adalah (dan ini merupakan identitas geografi)
sudut pandang spasial. Geografi menelaah semua substansinya dari sudut pandang
spasial. Geografi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi memiliki kemiripan substansi, yang
membedakan adalah geografi ekonomi menelaah substansi itu dari pandangan
spasial (Chislom, 1970). Demikian pula geografi tumbuhan (phythogeography) dan botani, geografi transportasi dan ilmu
transportasi serta menejemen transportasi (James and Jones, 1967). Pandangan
spasial inilah yang mengharuskan penggunaan peta sebagai visualisasi hasil
kajiannya. Peta tersebut adalah peta geografi (Lihat peta geografi: www.partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id).
Maka pembelajaran geografi menggunakan peta geografi
sebagai media utama untuk sosialisasi konsep spasial, apapun bahan ajarnya
(amanah SK/ KD). Tetapi di sekolah saat ini guru geografi hanya membelajarkan
peta sebagai pengetahuan.
UPAYA MENYEMAI KEMAMPUAN
BERFIKIR SPASIAL
Kerja
Geografi adalah menarik garis atas kesamaan karakteristik objek, fenomena,
potensi, masalah, pada ruang mukabumi atau model visualnya (peta atau citra)
menjadi region geografik atau wilayah geografik. Harold M. Mayer
mengemukakan: Although every places is
unique, there are many attributes that, individualy and in combination,
characterize groups of places. Geographers are concerned not only with unique
characteristics of places but also with those that they have in common. In
order to measure the common characteristics of places as well as their
differences, it is necessary to develop classifications of places. This
process, regionalization, is
analogous to the taxonomic schemes in other disciplines, in which phenomena are
grouped in accordance with threir relative similarities (Frazier, 1982:27).
Menggunakan
Informasi Geospasial Dasar (Pasal 1: 5) yang terekam dalam peta RBI (Pasal 1:
12) sejak semester 2 mahasiswa dilatih menarik garis (proses regionalisasi)
menghasilkan wilayah aliran sungai (DAS), wilayah lereng, wilayah ketinggian,
wilayah konfigurasi mukabumi (morfologi), wilayah penggunaan lahan, dan
sebagainya dan seterusnya. Kegiatan ini merupakan sebentuk oprasionalisasi Areal likenesses concept; Areal differences;
Areal uniquenes concept; Regional concept. Analisis arragemen
wilayah-wilayah geografik dalam sebuah landscape sebagai sebentuk
oprasionalisasi Areal distribution
concept. Analisis kaitan wilayah geografik dengan wilayah geografik yang
lain sebagai sebentuk oprasionalisasi area
relationship concept. Latihan yang sama dengan Informasi Geospasial Dasar
citra pengeinderaan jauh dilatihkan di semester 6. Kegiatan latihan tersebut
ditopang oleh SIG Lanjut (semester 5) dan SIG Terapan (semester 7). Hasil
latihan ini adalah peta-peta geografi tema tunggal maupun peta geografi tema
jamak (kompleks wilayah) dengan mengacu kaidah-kaidah kartografis merupakan
sebentuk aplikasi Round earth on flat
paper concept.
Implementasi
kegiatan tersebut ada pada kegiatan menyiapkan perangkat pembelajaran geografi
pada matakuliah pengajaran mikro (semester 6) seperti akses ke sumber belajar,
konstruksi media pembelajaran, konstruksi evaluasi pembelajaran, menyusun bahan
ajar untuk SMP dan SMA beserta kerangka konsepnya.
Implementasi
berikutnya ada pada kegiatan menulis tugas akhir seperti diilustrasikan pada
abstrak skripsi berikut:
Abstrak Skripsi Abidin: Alenia ke- 2
Abidin Dwi Sulistiyono. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN
JAGUNG DI DAS GRINDULU HULU KABUPATEN PACITAN DAN PONOROGO TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta: Prodi
P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan
penelitian ................................ dst.
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif spasial
dengan satuan lahan sebagai satuan analisisnya. Satuan lahan diartikan sebagai
ruang mukabumi yang dipetakan berdasar karakteristik lahan tertentu. Dalam
penelitian ini, satuan lahan diperoleh dari tumpang susun antara Peta Tanah, Peta
Lereng, Peta Geologi dan Peta Penggunaan Lahan. Populasi terdiri dari 44 satuan lahan, sampel
diambil dengan teknik sampel wilayah (area
sampling) dengan jumlah 20 sampel yang tersebar di DAS Grindulu hulu. Teknik pengumpulan data berupa observasi
lapangan, wawancara dan analisis
laboratorium. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan
adalah dengan sistem mencocokkan (matching)
antara persyaratan tumbuh tanaman jagung dengan kualitas dan karakteristik lahan sehingga menghasilkan Peta Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung. Data produksi jagung yang diperoleh dari
wawancara dengan penduduk pada satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan jagung, data ditabulasi dan
dianalisis untuk mengetahui produktivitas lahan di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga
menghasilkan Peta Produktivitas untuk
Tanaman Jagung. Dari hasil
penelitian ini dikemukakan saran berupa Peta
Pengelolaan Lahan Tanaman Jagung.
Alinea ke- 3 dst.
Abstrak skripsi Yaskinul: Alenia ke-
2
Yaskinul Anwar. ALIH FUNGSI
LAHAN DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 – 2011. Skripsi, Surakarta: Prodi P. Geografi FKIP
Universitas Sebelas Maret, Maret 2012.
Tujuan
penelitian ................................ dst.
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif spasial
dengan
wilayah struktur ruang kota sebagai satuan analisisnya. Variabel penelitian
berupa, 1) penggunaan lahan tahun 2004, 2006, 2008, 2011, 2) gaya grafitasi, 3)
aksesbilitas lahan, 4) utilitas umum, direpresentasikan dalam bentuk Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004, 2006,
2008, dan 2011, Peta Gaya Grafitasi, Peta Aksesbilitas Lahan dan Peta Utilitas
Umum. Teknik pengumpulan data berupa observasi
lapangan, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis untuk mengetahui alih fungsi lahan dan hubungan
alih fungsi lahan dengan faktor - faktornya, menggunakan analisis overlay
data penggunaan lahan pada setiap periode sehingga menghasilkan Peta Alih Fungsi Lahan tahun (2004 – 2006,
2006 – 2008, 2008 - 2011), Peta Pola Alih Fungsi Lahan Tahun 2004 – 2011, Peta
Hubungan Aksesbilitas Lahan dengan Alih Fungsi Lahan, Peta Hubungan Utilitas
Umum dengan Alih Fungsi Lahan. dari hasil penelitian dikemukakan saran yang
dipresentasikan dalam bentuk peta rekomendasi yaitu Peta Saran Aksesbiltas dan Utilitas Umum.
Alinea ke- 3 dst.
CATATAN PENUTUP
- Pemahaman konsep spasial sebagai
identitas ilmu geografi harus adalah kompetensi yang harus dikuasai
mahasiswa untuk bekal menjadi guru geografi profesional. Dengan demikian
ia akan mampu (melalui bahan ajar yang disampaikan) membekali peserta
didik (pada tingkat satuan pendidikan) kemampuan berfikir spasial.
- Dengan kemampuan berfikir
spasial, insan terdidik kita, memahami
variasi objek, fenomena, potensi, masalah yang ada di ruang mukabumi
beserta atribut, karakter dan warna wataknya. Kedalamannya bergantung
kepada jenjang apa ia menyelesaikan pendidikannya. Ujung dari pemahaman
ini ia akan memiliki sikap dan perilaku yang dapat diharapkan mampu
memperlakukan, memanfaatkan, merawat dan menjadi pemelihara mukabumi
sebagai pengemban amanah wakilnya Al-Wakiil/ Sang Pemelihara. (QS. Ar- Rahman: 1- 12)
- Pembelajaran geografi
menggunakan peta sebagai media utama dalam upaya internalisasi konsep-konsep
geografi oleh guru kepada siswa.
- Implementasi penggunaan peta sebagai media
pembelajaran sepatutnya-lah memperhatikan tingkatan pendidikan siswa dan
hal ini menyangkut desain simbol.
- Kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh pula
dalam bidang teknologi informasi geospasial ibarat
rahmat (blessing) yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk penyiapan peta
geografi, termasuk akses ke sumber informasi
geospasial.
- Cukup merepotkan guru geografi di sekolah adalah
kenyataan bahwa kurikulum dan buku ajar kurang mendukung. Dari segi
kurikulum nampak bahwa beberapa indikator (turunan SK dan KD) masih di
luar pagar esensi atau filosofi geografi. Hal ini kiranya perlu perhatian
serius organisasi profesi geografi.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Edward A. 1958. Geography As A
Fundamental Research Dicipline. Research
Peper No. 53. Chicago- Illinois :
Department of Geography The University Of Chicago.
Anwar, Yaskinul. 2012. Alih Fungsi Lahan
Di Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011. Skripsi. Prodi
P. Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret. (Tidak diterbitkan)
Armstrong, Thomas. 1994. Multiple Intellegences in the Classroom. Virginia : Ass.for
Supervision and Curriculum Development.
Frazier, John W (ed.). 1982. Applied Geography Selected Perspectives. Englewood Cliffs, N.J.
07632: Prentice-Hall, Inc
James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed).
1954. American Geography Inventory &
Prospect. Publish for the Associations of American Geographers: Syracuse
University Press
Sandy, I Made. 1988. GEOGRAFI Perkembangannya di
Indonesia dan Pelajaran Geografi di Sekolah Lanjutan. Pidato Pengukuhan
Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa Mata Pelajaran Geografi Pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta. 30
Maret 1988
Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas
Pengajaran Geografi. IKIP Semarang bekerja dengan IGI. Semarang 12-13 April
1988.
Sulistiyono, Abidin Dwi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Tanaman Jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009. Skripsi. Prodi P.
Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret. (Tidak diterbitkan)
The Ad Hoc Commite on Geography- Earth Sciences
Division. 1958. Publication 1277.
Washington DC: National Academy On Sciences- National Research Council. The
Sciences of Geography.