- BeTha -

Kamis, 29 Desember 2011

Balada Sang Guru dan Si Murid

GURU


Aku ini guru.. ya, aku adalah PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Setiap pagi kukendarai mobil bututku yang hanya seongkok Camry,

Aku berjalan menenteng tas murahanku dari kulit harimau yang kubeli dari kota kecil bernama Paris

Dan kupakai baju rombengku dengan bahan Sutra itu..

Aku menyapa anak didikku yang sedang belajar, mereka santun DI DEPANKU


MURID


Aku adalah murid dari sekolah negeri yang katanya kumpulan akademisi dan berkarakter

Aku murid yang setiap pagi menikmati dunia yang megah ini dengan berjalan kaki

Duniaku sangat indah, hingga aku melangkah menggunakan sepatu kebesaranku yang bertuliskan TAK BERMERK.

Kulihat setiap sudut kelasku yang sangat nyaman dengan hiasan sarang laba-laba dan ternit yang penuh sirkulasi.

Ya, aku menyukai suasana pendidikan seperti ini...

Aku adalah guru, tentu saja HANYA guru yang PROFESIONAL.

Aku HANYA guru yang selalu mengemban amanahku untuk mendidik dan mengajar anak didikku.

Dan AKU HANYA GURU YANG MEMBERIKAN PEMBELAJARAN DENGAN PENUH MAKNA

Kudidik mereka dengan pendidikan berkarakter supaya mereka cerdas

Murid sepertiku adalah murid hasil didikan mereka yang mengenyam pendidikan lebih dari 9 tahun. Istimewa bukan!

Murid sepertiku adalah murid yang sangat berterimakasih kepada mereka yang mengajariku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit

Dan murid sepertiku yang MENELADAN orang-per orang yang setiap hari memberiku kasih dengan ajaran mereka, ilmu mereka, wawasan mereka dan tingkah laku mereka

Nak, kalian kini sudah besar.

Guruku, aku masih muda.

Nak, kamu harus tepat waktu dalam mengerjakan tugasmu.

Guruku, aku tak ingin tepat waktu.

Nak, belajarlah untuk merencanakan sesuatu dengan seksama dan terstruktur supaya semua berjalan lancar.

Guruku, santai saja. Masih ada hari esok, aku tunda sekali, dua kali, tiga kali saja sampai habis waktuku.

Nak, hargailah pendapat orang yang lebih muda karena mereka juga berhak berpendapat.

Tidak, Guruku. Mereka tak tau apa kesibukan belajarku. Mereka hanya mengeluh tidak berjuang.

Nak, belajarlah untuk menjadi murid yang berprestasi dengan bersibuk ria dengan pekerjaanmu.

Guruku, aku hanya ingin mengemban amanahku sebagai anak yang berguna. Aku ingin memaknai hidup seperti katamu, bukan mengejar prestasi hanya demi prestis.

Nak, aku ini mencintaimu. Kuberikan seluruh isi otakku kepadamu.

Ya Guruku, aku pun mencintaimu. Dengan hati kuterima seluruh ilmu pengetahuan dan wawasanmu.

Nak, apa kau mencintaiku?

Iya guruku.

Nak, apakah aku ini gurumu?

Guru, apakah aku anak didikmu?

Ya, kamu anak didikku.

Tidak, kamu bukan guruku. Guruku adalah yang mendidik dan mengajarku.


*Balada Sang Guru dan Si Murid, hasil permenungan kepada seluruh guru yang mengemban amanah dengan baik. mengedepankan proses dan pembelajaran demi karir profesionalismenya bukan dengan mengharumkan namanya saja*



Selasa, 13 Desember 2011

tentang api, asap dan SAMPAH tentu saja

TAU ARTINYA SADAR ? KALAU SALAH YA BILANG SALAH. NGGAK USAH MEMUTAR BALIK FAKTA TENTANG GAYA BICARA ORANG. ANDA ITU BERTINDAK, SAYA BERKATA2. ANDA BERTINDAK DEMI KEBAIKAN???

ADA ASAP KARNA ADA API. REDAMKAN DULU APINYA.
KALAU APINYA TIDAK BESAR, MAKA TIDAK AKAN MEMBAKAR.


*tentang api, asap dan SAMPAH tentu saja
:D

Hargailah SAMPAH bila Anda bukan SAMPAH


yapp!! aku anak geografi. aku bergelut dengan lingkungan. aku mencintai alam. dan aku membutuhkan bumi.
aku hidup di dengan manusia, dengan tumbuhan dengan hewan dan dengan bumi atas segala komponennya. aku belajar tentang segala ruang dan dimensi yang berkaitan dengan bumi. segalanya terasa menyenangkan, sampai pada akhirnya aku marah dan merasa JIJIK dengan yang namanya SAMPAH. bukan sampah sembarang sampah. ini sampah yang benar2 menghancurkan meskipun bisa diatasi, hanya saja tidak mau, tidak bisa dan tidak peduli. manusia!

apa yang kalian pikirkan tentang SAMPAH? barang yang tidak berguna, menjijikkan, limbah, harus dihancurkan, dan tentu saja mengganggu pemandangan! benar sekali. itu sampah yang bisa didefinisikan dari banyak sisi. tapi apa pernah berpikir; darimana SAMPAH itu? lahir dari siapa? di mana sampah itu seharusnya berada? bagaimana menanggulanginya?
sebenarnya otak dari ke'negatif'an sampah itu ya kita ini, PARA PENGHASIL SAMPAH.

to the point::
hari ini aku kuliah jam 11. dengan hati yang lumayan gembira *meski terpaksa* aku masuk kelas Geografi di lantai 2 Gedung C, kampusku. dengan sedikit menunduk, dosenku mempersilahkan untuk masuk. dari depan, aku nggak nemuin tempat duduk kosong. akhirnya kuputuskan untuk mendamaikan diri di barisan ke 4 dari depan, pojok sendiri dan berharap bisa nyaman meski kurang jelas dengan kekurangan kapasitas otak yang berlumut padaku karna jarang digunakan. beberapa detik kemudian aku duduk, dan duoooooooooooooooOOOOOORRRRRr!!!!!!!!!!!!!
aku menemukan tempat yang akan kududuki ada gundukan sampah!

aku : ini siapa yang buang sampah di sini?
temenku, namanya Ganteng : nggak tau, tadi udah ada di sini. semester bawah kayaknya.
aku : bener2. kayak gitu masuk geografi, nggak ada talenta buat mikir lingkungan.
----------

dengan wajah bersungut2, aku update status di facebook, sebuah jejaring sosial yang lagi terkenal tahun belakangan ini :
"Ada KELOMPOK ORANG BEGOK BIN CACAT yg makan rambutan di kelas geografi lantai 2 trus sampahnya berserakan. Kalian tu besok nggak cm jd SAMPAH, tp BANGKAI ! Nggak sadar diri. Mahasiswa goblok."

oke, aku kauin itu kata2 kasar yang aku share di publik, tapi saking2 aku nggak bisa memaafkan tindakan hina melebihi SAMPAH itu.
sebenarnya aku nggak masalah kalau ada yang makan di kelas. SILAHKAN. TERSERAH. HALAL. yang nggak halal itu, KENAPA NGGAK PUNYA TANGGUNG JAWAB BUAT BUANG SAMPAH? begok banget.
mungkin kalau aku introgasi bakal kek gini :

aku : kenapa kamu buang sampah di kelas, nggak di tempat sampah? *nunjuk tempat sampah di depan kelas*
dia : kan ada cleanning service
aku : kan yang makan kamu
dia : mereka kan dibayar buat bersih2
aku : emangnya kalau kamu besok mati itu nggak jadi SAMPAH? sampai nggak butuh taroh tu sampah ke tempatnya? keknya kamu tu kalau udah jadi SAMPAH bahkan BANGKAI bisa ditinggal gitu aja ya? bagus
-----

kejadian ini bikin aku tersentuh jadi anak geografi. konservasi oy konservasi. sayang lingkungan. cinta bumi. go green. biar kita kuliah di kelas yang cuman punya 1 whiteboard, panas karna nggak pake AC, tapi kalau kelas BERSIH bukannya lebih nyaman?
mau nggak mau aku memang menyalahkan para manusia yang 'nyampah' di kelas ini, KALIAN ITU NGGAK TAU DIRI. sampah itu lebih berguna. lebih bermartabat daripada kalian.

ayolah, mulai dari sekarang. perhatikanlah diri kita. kita butuh bumi ini. yang bersih, yang nikmat dan yang ramah. bukan penuh polusi, sampah organik di kelas berserakan. kalau memang mau buang sampah di kelas, jangan diserakkin kayak gitu!! kita itu bukan lagi siswa dan bukan lagi anak kecil yang ingusan. kita MAHASISWA. udah bisa mikir, ngrasain dan implementasi dari pelajaran yang kita terima.. jangan sok gembor2 CINTA LINGKUNGAN, atau PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU atau GO GREEN atau STOP CLIMATE CHANGE.. tapi masih buang sampah sembarangan, bukan pada tempatnya dan nggak sadar kesalahan malah diulangin muluk.

jangan nyampah kalau nggak mau jadi SAMPAH !

Senin, 12 Desember 2011

pacaran -sebuah curhatan masal-


Haloo hii,, gue mau ngebahas sesuatu yg sering bikin masalah dalam suatu hubungan. Walopun disambi denggan guyonan, semoga bermanfaat ya....

Restu orang tua. Ini masalah yg super duper beraaaaaaaaaaaaaaat n GEDEEEEEEEEEE BUANGET. (kalok temen kos gue bilang : “UABOOOT PUOOOL”). Masalah ini dipicu banyak hal, sehingga bisa bikin putusnya tali asmara, jalinan cinta, bekunya api kasih dan runtuhnya kuil cinta digantikan dengan hujan air mata. (sok puitis). gue ngerti banget masalah ini, karna gue juga ngalamin. Sedih sih, tapi sebagai tunas bangsa yang cinta tanah air, penuh pengorbanan, tangguh dan enggan putus asa, gue mencoba untuk melakukan 1 hal : Sabaaaaaarrrr. Huahaahaha. Gue juga nggak tau sebenernya, gimana buat nyelesein masalah ini. Mungkin gue cerita ajja tentang apa yg mungkin bisa bikin –direstui- sama wali ato ortu pasangan lo.

Masalah keyakinan, sebisanya lo berprinsip bahwa gue butuh yg seiman. Tu yg paling gampang, prinsip dibangun sebelum lo mau melangkah lebih jaoh. Trus yg udah terlanjur? Lo punya 2 pilihan. Putus n terus. Kalok lo sadar bahwa nantinya bakal putus, nggak usah ditunda2. Bilang aja emang udah nggak bisa karena perbedaan keyakinan. Coba lo pikir deh, indonesia udah nggak ngasih kesempatan buat yg beda keyakinan. Lo mesti k luar negeri buat dapetin suratnya, kek titi kamal n crisugi. Bayaran buat keluar negeri ngesahin nikah lo jg mahal. Anak2 lo kesian, bingung mau ikut kmana. Pas hari besar, semua diikutin, boros meeeen!! Ada cara yg sedikit melewati batas kewajaran : hamili baru nikahi. Huahahaha. Tp jangan , drpd urusan panjang. Tapi kalok emang udah niatingsun ma pasangan lo yg beda agama, tu konsekwensi lo, menanggalkan salah satu agamanya atau toleransi. Yg perlu diinget, nggak Cuma pertanggungjawaban terhadap ortu n diri lo, tapi juga pertanggungjawaban buat memeluk agama dengan penuh keyakinan dan keimanan.

Kedua, sering banget masalah Status sos-ek, yg membuat jurang pemisah buat pasangan cinta. Banyak banget contonya, kayak ; romeo juliet, sampek ingtai, bahkan Jamrud pun bikinin lagu buat Surti tejo. Nah, yg perlu diinget adalah : kenallilah keluarga pasangan lo sebelum menjalin hubungan yg bener2 bener. Duh, gimana ya, maksudnya untuk menjalin hubungan yg SEREHONG (serius) boo, lo harus kenal label keluarganya. Jgn termakan yg namanya : cinta buta. Pernah sodara gue dibilang “makan aja tuh cinta kalok bisa bkin kenyang, perlu pakek sambel nggak biar hot ? udah tau nggak mungkin, mau2nya dimaki orang”. tu gara2 cweknya lebih kaya daripada keluarga gue. Gue bukan berusaha ngasih lo saran buat nyari pasangan yg bs dibilang sederajat atau lebih mapan, (kalo bisa sih nggak papa, alhamdulilah. hihi), tp ada baeknya buat memahami masing2 keluarga. Kalok keluarga lo nggak masalah lo berhubungan ma seseorang yg mungkin nggak sederajat ma lo, nggak masalah. Tp, Akan lebih baek kalo lo cerita dulu pasangan lo kek apa baru biarkan mengalir, toh lamakelamaan ortu lo bakal ngerti kalok emang cewek/cowok lo itu pantes buat lo., misalna :

A : mah, pah, ak punya temen. namanya si B. orangnya baek lho. dia cakep, sopan, mana pas ke rumahnya kemarin, ak diajak kenalan ma sodara2nya yg lucu. (perkenalan)

Ortu : oh ya? (masih cool)

A : iya! Dia nggak neko2 juga. Dandanannya lugu, trus rajin ibadah. (tonjolkan yg baik2)

Ortu : ooohh. Trus ? (mulai memperhatikan)

A : yaa, gitu deh. Nggak kayak pacarnya si X. Masak sukaknya pake maen malem, trus kalok dandan menor. Ih,, nggak sopan kalok sama orang tua. Masak pacaran di depan orang banyak. (membandingkan)

Ortu : emang si B gimana? (serius)

A : dia ngajak ak ibadah. Makan disuapin. Jajan dibayarin. Nggak pernah telat jemput ak. Nggak lupa telponin ak. (mulai membanggakan dg lebay)

Ortu : kamu suka? (penuh selidik)

A : hehe (senyum penuh arti)

Gue yakin, ortu lo kalok tau yg baik2 tentang si doi, bakal nyoba cari tau lebih dalem. Apalagi kalok lo nunjukin arti doi buat hidup lo, pasti mereka bakal ngertiin keinginan lo. Bagaimana pun juga, sebagai anak n orang tua, kalau hubungan dibangun dari hati ke hati, hasilnya pasti baik. Kalok memang ortu lo atau lo sendiri masih memandang harta n status adalah yg utama, percuma lo berdoa tiap hari. Solat 5 waktu. Atau memuji Tuhan, karena ternyata sebagai manusia nggak bisa ngehargain sesama. Toh, harta, hormat dan jabatan nilainya Nol besar dihadapan Allah. Yg utama adalah keimanan. Jangan takut hidup kekurangan, karena Allah menjanjikan kehidupan layak dan kekal nantinya. Kalok lo takut miskin di dunia, gue lebih takut miskin di akirat. Bayangin aja, lo bisa ngutang di sana sini di seluruh bumi (mpe kadang nggak bayar), tp di akhirat Jangan harap lo bisa ngutang amal n pahala kalok udah ngrendahin orang di dunia. So, buat apa takut kalok lo suka ma seseorang yg statusnya dibawah lo? Nggak salah, Bicaralah dr hati ke hati dan lo bakal dimengerti. Percuma kan misalnya Rafi ahmad dijodoin ma omas atau tina toon kalok hatinya emang buat yuni sara. Atau, ngapain lo rendah diri kalok pasangan lo lebih tinggi drajatnya? Tunjukin dong, ada sesuatu yg berharga dari diri lo. Kesalehan, cinta, kasih, setia, harga diri dan hal lain adalah harta berharga juga yg lo miliki. Walaupun bukan berbentuk materi, tapi gue yakin itu pasti bakal terpakai, bahkan abadi. Atau berpikirlah n berusaha supaya status lo jadi lebih tinggi, karna :: roda pasti berputar, kadang diatas kadang di bawah. Nggak ada yg nggak mungkin kalok lo mau usaha n minta belas kasih Tuhan buat ngrubah takdir lo.

Terkadang gue sedih n kasihan ngliat temen atau sodara gue harus patah hati gara2 ditolak ma calon besannya. Alasannya, gara2 latar belakang orang tua. Sekali lagi, cara yg paling ampuh n jitu adalah bicara dari hati ke hati. Dulu gue juga bingung harus ngasih pendapat n nasihat apa, karna gue belum ngalamin itu semua. Tapi sekarang, gue cukup umur buat ngomongin ini. Udah nggak bau kencur lagi, aseeek, bauk tumbar miri jahe! Haha. Yakinkan, dan pastikan kalok calon menantu buat orang tuamu bukan seperti yg dipikirkan mereka. Lo yg bakal ngejalanin hubungan ma dia kan, bukan orang tua lo. Atau, bukan juga lo bakal nikah sama orang tuanya dia. actually, nggak masalah sebenernya ortunya kek apa, asalkan pilihan lo patut buat diperhitungkan!

Itu aja kayaknya beberapa hal yang perlu digarisbawahi. Kalok emang lo udah niat n menyalakan api cinta, membunyikan genderang asmara,, maju terus pantang mundur!! tapi harus selektif, bisa membedakan : cinta sesaat, sesaat cinta atau benar2 cinta. Kata seseorang yg gue kenal, LOVE : Life, Obedience, Virtues, Emotional control. What is it? Ahh, masak bahasa inggris kek gtu aja nggak isa. Hoho. Lagi2 gue pengen banget kasih kata2 mutiara bagi qta semua yg menjalin hubungan tapi belon ngerti bakal direstuin pa nggak.....

“cinta nggak bisa diperbandingkan. Bukan juga sesuatu yg bisa diagungkan. Tapi hanya bisa dirasakan, disyukuri dan diabadikan, karena cinta yg sebenarnya adalah rela berkorban, murah hati, tidak sombong dan kuat akan pengharapan. Kalau tak tergapai, itu bukan cinta yg sebenarnya. Dan tiap2 orang, akn menemukan cinta sejati”

hubungan strategi belajar mengajar dengan iklim kelas

Article

How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become Successful Learners

Creating a successful classroom climate is one of the most important classroom management strategies teachers need to get right.

If your classroom climate is to be successful it has to be positive and motivate your students to want to be successful. As with many aspects of classroom management, the most important factor in creating a positive classroom environment is the teacher, and this is where the process must start.

The climate in the classroom is of course more than the physical classroom environment. It is a process that builds the psychological framework for all activitiy that happens in the classroom. The classroom climate is not just about motivation and student well being, it is a major ingredient of the context for successful learning. Real learning cannot take place in a negative classroom climate, in the same way that plants will not grow if the soil is not right.

If, however, the teacher gets the classroom climate right, the evidence suggests that students do learn more effectively and their achievement does increase, partly because they respond better to their classroom environment and in particular they respond better to their teacher.

How can teachers create a positive classroom climate?

It seems that three particular features are present in all successful classrooms. The first key factor is the quality of the relationships, in other words how much everyone helps and supports each other. The relationship between teacher and students is clearly important but relationships between students is equally important in ensuring a successful classroom climate.

The second key feature is the personal development of students, and how easy we make it for them to grow as learners and fulfil their potential.

The third key factor is the smooth running of the classroom, characterised by an orderly environment where teacher expectations and standards of personal behaviour and achievement are high and clearly understood by everyone.

Over the years I have been privileged to observe dozens of my colleagues in their classrooms, and what has often struck me is the interdependence of all the factors that make up a successful classroom climate. The three broad pillars mentioned above are solidly present in successful classrooms but the components of good relationships, student personal development and the smooth running of the classroom are not discrete entities, but rather fluid elements skilfully managed by good teachers and brought together to make a warm, positive and successful classroom environment.

I also believe that, although some teachers have a personality type that makes it easier for them than for other teachers to establish a successful classroom climate, all teachers can learn the skills and classroom management strategies they need to build the right climate in their classroom.

What are the common strategies that successful teachers use to build a positive classroom climate?

1. They create a warm classroom environment

Research studies seem to suggest that students respond best to teachers who are at the warm end of the spectrum in terms of how they relate to their students. In other words, teachers who are approachable, friendly, helpful and supportive and who can control the class and impose themselves without appearing too strict or overbearing.

The opposite side of this coin is that students seem to respond less well to teachers who are inconsistent, uncertain and who tend to criticise students frequently and draw attention to students' shortcomings. The key finding here is not just how well or badly students relate to their teachers' relative warmth or lack of it, but that the quality of learning outcomes is affected by how warm and approachable students perceive their teachers to be.

When teachers make it clear to students that they are concerned about their students' emotional needs, as well as their curriculum and learning needs, students seem to participate better in class, and in particular seem more prepared to ask for help when they are in difficulty. Research shows that it's often the least able students, who have the most need of help, who feel least able to ask for help, if they sense that their teacher is unaware of their emotional needs. The result is their need goes unanswered.

The steps teachers can take to create a warm supportive classroom climate include:

· show understanding and openness so students feel confident to speak openly about their needs and to talk about problems, in an atmosphere that is not confrontational

· be friendly and let students see the teacher sees them as people and values them as individuals - students need to feel they can trust the teacher before they'll open up about difficulties they may have, either personal problems or problems with understanding the learning

· help students by making it clear that it's acceptable to make mistakes when learning, in fact making mistakes is important for true learning to take place. One of the posters in my classroom that I refer to often with students says 'The only dumb question is the one you don't ask'

· be principled by making sure you treat students fairly and justly, that you can tell the difference between the person and the behaviour they may display, and that you impose classroom discipline appropriately, not just because you can

2. They are enthusiastic

Another classroom management strategy that promotes a positive classroom climate is enthusiasm on the part of the teacher. The research shows that teachers who consistently send positive messages about the subject being studied do have an influence on how students respond, by motivating students more than teachers who are less enthusiastic. Students never get inspired by teachers who are not enthusiastic.

Of course, in real life, it's not possible to be enthusiastic all day every day, but at the very least we can avoid sending obvious messages to our students that we are unenthusiastic, and, in particular, we should avoid telling our students that we're only covering a topic because it's on the syllabus, especially if we also send the message, however subtly, that we think the topic is too difficult for the students. Instead we can try to focus on a particular angle that will show our students how they can gain a particular learning benefit from the topic in question.

Enthusiastic teachers often come across as confident specialists who really enjoy teaching their subject and can 'wrap up' the learning in many different ways to make it interesting and accessible to all learners.

3. They have high expectations

One of the most consistent research findings is the effect on student performance of teacher expectations. In short, students do better when they believe their teachers expect them to do well. By contrast, students who think their teacher does not have high expectations of them, are caught in a self fulfilling prophecy and tend do less well.

Teachers often communicate their own perceptions in subtle ways, and perhaps unintentionally. It is easy, for example, to believe we are praising students, but actually be undermining them by saying things such as: 'Well done, I was surprised how good your answer was.' The subliminal message picked up by students here is that the teacher perception actually is that these students are of low ability .

Sometimes there are other, possibly unintentional, behaviours that students interpret as negative perceptions. For example, it's easy for a teacher to ask more questions to students they perceive as being more able, and in so doing create fewer opportunities for students who are seen as not so able.

In the same way, low teacher expectations may result in some students being asked only to answer low order questions, which do not take learning forward in a meaningful way.

The real danger of basing teacher expectations on mistaken perceptions is that students realise what's going on and start to internalise these perceptions, with the result that everyone in the class starts to behave in ways the teacher expects them to behave. This can lead to a very positive cycle for those 'high expectation' students, who may become high achievers. The opposite is also true for the 'low expectation' students who sink further and further down their negative cycle. As principled educators we can't accept this kind of 'collateral damage'.

Teachers with high expecatations of students seem to have these things in common:

· they pay very close attention to the progress their students are making, and check against objective data that their perceptions or 'gut feelings' about students are backed up by facts, and so avoid acting on mistaken perceptions of students' abilities

· they take great care not to communicate low expectations: students may have limited abilities, but teachers need to communicate their faith that students will do the best they can within the limits of their abilities

· make sure students get useful feedback on their progress, feedback that is honest but constructive and focused on continuous improvement, it's the 'I wan't you to show me how well you can do' approach, not the 'This is what you've shown me you can't do' approach

· take great care about how they ask questions in class - they ask high order questions, usually involving open questions [What/Where/When/ Why/How [particularly How], that encourage deep rather than superficial answers. These questions are sometimes called 'fat questions', and teachers need to allow students enough time to construct well thought out answers

· they emphasise good presentation of student work as much as the content, and, crucially, expect all students to meet these high presentation demands, because they expect all students will take a real pride in their work

Good teachers know how important it is to build and maintain a classroom climate that is positive and supportive, and are proactive in their aproach because they want to take as much responsibility as they can for creating a classroom environment that:

1. promotes good quality of life for learners and teachers

2. helps to deliver a curriculum that promotes social and emotional learning as well as academic learning

3. helps teachers to be effective with a wide range of students

4. stimulates intrinsic motivation for teaching and learning

source : classroom-management-success.org

Penjelasan antara artikel dengan matakuliah SBM:

Dari artikel yang berjudul “How To Create A Classroom Climate That Will Help Your Students Become Successful Learners”, ditemukan banyak hal yang berkaitan dengan pemahaman matakuliah Strategi Belajar Mengajar yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi calon guru efektif.

Pokok pembahasan dalam artikel tersebut adalah arti penting membangun kelas dengan suasana yang baik sehingga mampu mendukung kesuksesan kegiatan belajar-mengajar. Kalimat pertama tertulis “Creating a successful classroom climate is one of the most important classroom management strategies teachers need to get right”, menciptakan iklim kelas yang sempurna merupakan salah satu hak guru yang terpenting dalam strategi belajar-mengajar.

Matakuliah Strategi Belajar memiliki fungsi laten, yaitu melahirkan seorang guru efektif yang mampu membangun suasana kelas kondusif dan melakukan pengajaran secara efektif sehingga anak didiknya mendapat hasil belajar yang baik. Oleh sebab itu, artikel tersebut sangat membantu dalam proses belajar menjadi guru efektif yang pintar dalam menyesuaikan diri, mampu memperkenalkan hal baru dan dapat mengubah lingkungan kelas supaya kelas yang ia diami menjadi hangat dan nyaman.

Guru adalah kunci utama dalam menciptakan suasana ke arah positif maupun negatif. Iklim kelas yang baik akan membantu proses belajar-mengajar menjadi lancar atau sebaliknya. Guru diharapkan mampu memberikan rangsangan positif dan menciptakan iklim yang mendukung anak didik mendapatkan hasil belajar memuaskan. Faktor utama bagi guru dalam membangun iklim kelas yang baik, adalah Relationships (hubungan), personal development (perkembangan individu) dan smooth running (kelancaran). Hubungan yang baik antara guru dengan anak didik sangat perlu dibangun. Guru yang ramah akan mengundang antusiasme dari murid untuk mengikuti pelajarannya sehingga mereka memiliki kesempatan mengikuti pelajaran dengan nyaman dan menyenangkan. Selain itu, penting adanya personal development pada anak didik, karena kesuksesan kelas juga ditentukan oleh kualitas masing-masing siswa. Oleh sebab itu, hal ini juga harus diperhatikan oleh seorang guru efektif. Kelancaran kelas terlihat dari kondusif/tidaknya dan teratur/tidaknya kegiatan belajar-mengajar sehingga peran guru sangat besar dalam mewujudkan faktor ini, yaitu menegakkan peraturan dan pendekatan yang tepat dalam mengatur situasi kondisi kelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa menciptakan iklim yang baik merupakan salah satu materi penting dalam strategi belajar mengajar karena memiliki banyak manfaat. Terciptanya iklim kelas yang baik akan merangsang hubungan yang baik oleh siswa dan guru. Hal ini memudahkan guru untuk menyampaikan materi, ilmu pengetahuan dan wawasan yang diperlukan oleh siswa. Hubungan yang baik dan materi yang mudah tertanam menyebabkan anak didik mencintai pelajaran yang dibawakan oleh guru tersebut. Jika perhatian dan rasa ingin tahu anak didik mampu diambil oleh seorang guru, maka kelas pun akan kondusif sehingga proses belajar mengajar lancar. Semua itu akan merujuk pada keberhasilan anak didik mendapatkan hasil belajar yang maksimal, yaitu keberhasilan siswa dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

wake up everybody ~ John Legend

Wake up everybody
No more sleepin' in bed
No more backward thinkin'
Time for thinkin' ahead

The world has changed
So very much
From what it used to be
There is so much hatred
War and poverty, whoa, oh

Wake up, all the teachers
Time to teach a new way
Maybe then they'll listen
To what'cha have to say

'Cause they're the ones who's coming up
And the world is in their hands
When you teach the children
Teach 'em the very best you can

The world won't get no better
If we just let it be
The world won't get no better
We gotta change it, yeah
Just you and me

Wake up, all the doctors
Make the old people well
They're the ones who suffer
And who catch all the hell

But they don't have so very long
Before the Judgment Day
So wont'cha make them happy
Before they pass away

Wake up, all the builders
Time to build a new land
I know we can do it
If we all lend a hand

The only thing we have to do
Is put it in our minds
Surely things will work out
'Cause they do every time

The world won't get no better
If we just let it be
The world won't get no better
We gotta change it, yeah
Just you and me

It's the God hour, the morning I wake up
Just for the breath of life I thank my maker
My mom say I come from hustlers and shakers
My mind building on skyscrapers and acres
He said take us back to where we belong
I try to write a song as sweet as the Psalms
Though I am the type to bear arms and wear my heart on my sleeve
Even when I fell in God I believe
We the days at
Weave through the maze and the season so amazing
Feed them and raise them
Seasons are agin'
Earthquakes, wars and rumors
I want us to get by but we more then consumers
We more than shooters
More than looters,
Created in his image,
So God live through us,
And even in this generation living through computers
Only love, love, love can reboot us

Wake up, everybody
Wake up, everybody
Need a little help, y'all
Yes I do, need a little help

Need a little help, y'all
Wake up everybody
Wake up everybody
Wake up everybody

Minggu, 11 Desember 2011

IT'S MY SWEETEST 20th



woooiii ! udah 20 tahun :D

aku lahir 20 tahun lalu. ibukku (hampir) nggak ngakuin aku.. why ? katanya aku ini anak mak Lampir..
karna lahir pas maghrib2 gitu, anjing melolong, 'guk guk' auuummm, trus ada kucing kawin (loHH?!!) dan malem jumat kliwon..
hahahaha

20 tahun yang lalu, bapak ibukku yang ganteng dan cantik itu menunggu aku lahir. tapi sekarang, sial! nggak dikasih ucapan sama sekali..
Uuu~ rasanya kayak diputus pacar, eh ternyata si pacar selingkuh (ahlah, curcol)
tapi nggak papa :D ada gantinya..
aku dapet kejutan dari keluarganya si Pacar.
ni aku dapet kue Tart =3=


moga umurku yang 20 tahun ini jadi lebih baik ya,, dan nggak ngrepotin orang banyak. semoga sukses belajarnya, sukses kuliahnya, sukses kerjaannya, sukses ibadahnya dan sukses kawinnya (hahahaha)
AMIIIIINNN

makasih buat semua yang udah doain, semoga kalian dibalas kebaikannya oleh Tuhan. yang nggak doain, nggak papa asal nggak resek (bacok lo!) dan makasih buat bapak ibuk yang udah melakukan hubungan intim, sampai aku lahir ke dunia ini. hahahaha
:D

Jumat, 02 Desember 2011

kos kosan SALITA



aku mahasiswa semester 5 (sekarang) di universitas negeri. jurusan yang aku ambil geografi. nggak ngira ternyata udah dijalani lebih dari 2 tahun..

rumah aku jauh di pelosok, yang tau Gunung Ungaran, aku salah satu spesies yang berasal dari habitat di sana, :p

berhubung jarak kampus dan rumah yang lumayan jaoh, memakan waktu 3 bulan (kalau pakai keliling malaysia dulu), jadi aku pilih kos!!
jeng jeng,, nama kos aku SALITA. cantik banget ya namanya??
buset dah!!

nah.. kehidupan disini lumayan keren.
ada tatatertipnya.
terkenal kos gedheeee banget.
ada hotspotnya.
warnanya ijo.
tingkat 2.
dan fasilitas mayan lengkap (yang nggak ada CCTV)

inti dari tulisan ini, aku mau cerita tentang aku dan temen2 kosanku.

aku punya temen sekamar, namanya haksari : orangnya pendiem, tapi asik. dia kuliah ambil jurusan pendidikan luar biasa (betapa mulianya dia ini)


pas masuk di Salita, aku bareng lelya. trus kenal sama fika.
aku pengen kasih liat mukak begok kita bertiga kalau udah kumpul bareng dari jaman tahun pertama, semester 1 sampai sekarang.

cekidot . . . . . . . . .

TAHUN 1

ini aku yang norak dengan pakaian masa depan..




















trus ini lelya yang waktu itu masih belon berjilbab dan kita yang masih ke alay-alayan... lelya ambil jurusan pendidikan ekonomi. dia IPnya paling tinggi diantara kita bertiga. haha




















ini fika , yang belagak widi Viera
dia kuliah di Psikologi angkatan sama kayak aku sama lelya 2009, pinter nyanyi (artesss lokal), geje abis :D










kita sering banget nglakuin tindakan yang anti kemapanan. anti cantik dan anti jaim ::


















TAHUN KEDUA

aku sama lelya sama fika udah sedikit berkurang kenarsisannya. kita udah mulai gemar dandan n ngrawat diri. walaupun rada nggak bener.





sekarang aku tanya, mana letak dandannya? kita ini masih NDESO... akakkakak

















dan kita masih aja nglakuin hal yang menyenangkan karna masih sedikit tugas n ujian dari dosen..












ini gambar diambil waktu aku ma fika ngedate di perempatan jalan, makan nasi goreng. nggak tau kenapa, fika tuh sering banget godain aku.. :p










tapi mau gimana lagi, di iyain aja deh.. lagi mode waktu itu kawin sejenis ::



dalam hal ini, lelya menjadi sutradara antara aku dan rafika yang sedang adu akting












yang ini, aku kelihatan kayak waria :



kalau yang ini yang hebohhh ::



mereka bikin video lipsing gitu, belagak sinta jojo. beda tipis lah,, mereka nyanyi TERMINAL HARJOSARI.. sayangnya aku nggak punya videonya.. -__-




TAHUN KE TIGA

karna lelya udah pindah kamar n jarang banget main, katanya tugasnya sangat banyak...... makanya kita kepaksa foto mesum lagi berdua muluk -__-


sebenernya ini nggak mutu2 banget sih :p aku cuman nginget2 aja tentang kita bertiga. moga jadi kenangan ya sampe besok2 udah pada keluarga :D